Mohon tunggu...
Ade Juniansyah
Ade Juniansyah Mohon Tunggu... -

Taruna Nusantara AURORA XXI Ketapang-Kalimantan Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tanah yang Merdeka

22 Mei 2016   01:18 Diperbarui: 3 Juni 2016   11:42 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika berada di bangku sekolah dasar saya selalu diajarkan mengenai makna kemerdekaan dan bagaimana kita sebagai generasi penerus harus dengan kerelaan yang besar berkorban dan dengan kerja keras mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih oleh orang-orang yang kita sematkan gelar pahlawan bagi mereka. Saya mendapatkan pengetahuan dan gambaran perjuangan pahlawan tersebut hingga bangsa ini diakui sebagai bangsa dan negara yang merdeka di mata rakyatnya dan dunia saat itu. Sebagian pikiran saya melayang kepada arti kemerdekaan yang sesungguhnya bagi saya . kemerdekaan identik dengan segalanya tanpa ada pengekangan dan campur tangan orang lain dalam tindakan yang diambil serta pejaminan kehidupan bagi seluruh rakyat oleh negara. Lalu terngiang bagi saya kala itu, sudahkah Indonesia merdeka seperti yang telah diimpikan dan diajarkan kepada kami?

Setiap tingkat pendidikan selalu mengajarkan sejarah yang sama kepada kami, perjuangan bangsa dan prosesnya dalam mempertahankan kemerdekaan. Namun dimanakah letak kemerdekaan yang dijaminkan negara kepada rakyatnya ketika saya melihat berita dalam media adanya potret kemiskinan yang sama halnya dengan bangsa yang tengah dijajah. dimanakah letak kemerdekaan ketika yang menguasai tanah, air dan udara adalah perusahaan milik asing, dimanakah letak kemerdekaan ketika peraturan perundang-undangan masih di bumbui kepentingan sekelompok orang. lantas apa itu kemerdekaan yang diajarkan kepada kami, apakah sebatas pengibaran bendera tiap upacara senin atau menyanyikan lagu kebangsaan ketika akan bermain sepak bola, atau kemerdekaan hanya untuk membacakan selembar teks proklamasi dihadapan rakyat.

Bagaimana mungkin saya bisa mencintai bangsa dan rela berkorban seperti yang diajarkan ketika bangsa ini tidak nyata menunjukkan rasa cintanya kepada saya . Uang yang saya setorkan sebagai pajak untuk menjamin hidup saya diselewengkan oleh pejabat negara sendiri. kehidupan tentram saya ditanah sendiri diusik oleh adanya perusahaan asing yang hidup dari tanah tempat saya tinggal. seakan akan kemerdekaan merupakan sebatas apa yang disimbolkan saja. bendera, lambang, lagu dan selembar teks.

permasalahan memang bukan untuk diperdebatkan dan sepantasnya sebagai warga kita mendukung dengan solusi bukan dengan bahasan permasalahan. Namun sebagai warga dan rakyat yang perduli kepada nasib bangsanya saya mengingatkan bahwa dukungan rakyat dari bawah, bahwa suara bangsa yang menggelora dari bawah harus didengarkan oleh pemerintah. suara yang menuntut kemerdekaan melalui apa yang diserukan sudah saatnya untuk didengar.

Indonesia dan segala hartanya yang disajikan di tanah, air dan udara telah lama tidak kita rebut. jika sudah saatnya indonesia merdeka dengan kemerdekaan yang sebenarnya, maka itu harus dimulai dari tindakan untuk mengolah segalanya mandiri tanpa menimbang hal lain. rakyat yang bahu membahu dan pemerintah yang menggulung lengan jas nya untuk bekerja tentu akan melahirkan makna kemerdekaan yang lebih baik dari yang telah ada. sehingga apa yang telah diajarkan kepada saya ketika Sekolah dasar akan betul anak cucu saya rasakan kelak, bahwa dia akan mecintai bangsanya akibat bangsa tersebut mencintainya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun