Perkembangan dunia asuransi saat ini, kabarnya telah mengalami peningkatan yang cukup baik. Kenaikan ini ditengarai karena adanya kepedulian masyarakat akan pentingnya asuransi. Kepedulian tersebut juga timbul dari berbagai faktor, diantaranya intensitas edukasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi itu sendiri hingga geliat berbagai media baik cetak dan online yang mejadikan asuransi sebagai headline berita. Tidak dapat dipungkiri momentum lahirnya dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), baik itu kesehatan dan ketenagakerjaan ikut serta melahirkan paradigma baru dikalangan masyarakat
Dahulu masyarakat begitu defensif terhadap isu asuransi, dan seiring berjalannya waktu masyarakat mulai terbuka dengan isu tersebut. Lepas dari output pemberitaan yang bernada negatif maupun positif, proses dinamikanya telah berubah menjadi ruang edukasi yang secara tidak langsung menempatkan asuransi sebagai bagian penting dalam mengatasi resiko sosial ekonomi di masyarakat.
Sayangnya kenaikan kesadaran masayarakat mengenai peranan asuransi tidak diikuti dengan pembelian produknya. Setidaknya ini dipaparkan oleh survey  Swiss Re, yang dilaporkan pada halaman harian kompas.com tanggal 20 mei 2015 dengan judul kesadaran berasuransi tinggi, pembelian produk masih rendah. Didalam artikel berita tersebut, menyebutkan bahwa berdasarkan hasil survey terbaru Swiss Re di beberapa negara Asia termasuk Indonesia,ditemukan tingkat kesadaran masyarakat akan produk asuransi kesehatan sangat tinggi," ujar Williem Hoesen, Vice President of Client Market Medical Insurance Swiss Re Asia di Jakarta, Selasa (20/5/2014). Williem menjelaskan, meskipun kesadaran masyarakat akan produk asuransi tinggi, tetapi tingkat penetrasi masyarakat terhadap pembelian produknya hanya kurang dari 2%, sehingga dapat dikatakan masih rendah.
Keadaan ini juga hampir terjadi di beberapa pembelian produk asuransi diluar kesehatan, sebut saja asuransi jiwa. Meski dar beragam jenis asuransi jiwa, produk unitlink menyumbang pendapatan premi terbesar hingga 57,5 persen. Tapi, pertumbuhannya melambat dibandingkan produk asuransi jiwa tradisional yang masih tumbuh 1,4 persen. Hanya asuransi kendaraan saja yang pertumbuhannya masih terbilang baik, itupun didorong karena paket penjualan kendaraan yang mengharuskan masyarakat untuk mengasuransikan kendaraannya selama masa kredit.Â
Paradigma tentang sulitnya klaim, hingga asumsi premi yang dinilai memberatkan ditengah upaya mencukupi gaya hidup konsumtif, dinilai menjadi salah satu penyebab mengapa masyarakat masih enggan berasuransi. Hal ini harus disikapi oleh perusahaan asuransi, dengan mengeluarkan produk yang revolusioner, seperti menyematkan manfaat tambahan yang bersinggungan langsung dengan gaya hidup berupa kartu diskon belanja, hingga dengan memberikan manfaat luas dengan premi yang sangat terjangkau.
BPJS Ketenagakerjaan sebagai badan penyelenggara jaminan sosial , yang memberikan perlindungan kecelakaan kerja, kematian dan hari tua untuk pekerja informal, nampaknya telah membaca situasi tersebut. BPJS Ketenagakerjaan cabang Banjarmasin contohya, yang memberikan premi sangat terjangkau yakni mulai dari Rp 16.800 saja. Dengan Rp 16.800/bulan, tenaga kerja informal seperti nelayan, pedagang hingga petani dapat menikmati manfaat santunan kematian akibat  kecelakaan kerja senilai Rp 48.000.000, bahkan santunan catat akibat kecelakaan kerja hingga Rp 56.000.000. Belum lagi santunan kematian diluar kecelakaan kerja, yakni Rp 24.000.000 ditambah beasiswa pendidikan jika telah menjadi anggota selama 5 (lima) tahun senilai Rp. 12.000.000
Besaran premi yang tidak lebih besar dari uang rokok itulah yang diharapkan dapat membantu tenaga kerja informal yang memiliki penghasilan tidak menentu disetiap bulannya untuk tetap dapat dilindungi. Â Ataupun masyarakat pekerja informal yang menginginkan premi terjangkau namun tetap dengan manfaat yang luas.
Jika masyarakat ingin menambankan produk investasi, masyarakat cukup menambankan mulai dari Rp 20.000. yang nantinya dapat diklaim jika masyarakat mendapat resiko ekonomi yang menyebabkan kehilangan penghasilan. Klaimnya pun bersifat fleksibel tanpa melihat masa kepesertaan. Aspek fleksibilitas juga ada di pilihan preminya, sehingga masyarakat dapat menyesuaikan sesuai budget, namun tentunya akan berdampak juga pada besaran manfaatnya. Semakin besar premi yang dipillih semakin besar pula manfaatnya.Â
Sabtu 30 Juli 2016 yang lalu, bertempat di pasar intan martapura, penulis sempat menemani aktifitas edukasi pasar tradisional yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan cabang Banjarmasin. Selain memberikan hiburan dengan sajian musik rakyat, BPJS ketenagakerjaan turun langsung memberikan edukasi kesetiap pedagang pasar yang ada di pasar tersebut. Dari pintu ke pintu, setiap karyawannya yang hadir tak segan menjawab pertanyaan seputar BPJS Ketenagakerjaan sembari memberikan brosur informasi.
Kegiataan ini pun mendapat respon positif dari pedagang pasar, ini terlihat dari capaian akuisisi sejumlah 107 pedagang, yang terdaftar menjadi anggota baru . Tidak hanya itu, para pedagang yang beruntung  juga berkesempatan  mendapat souvenir menarik berupa payung cantik. Kegiatan yang berdurasi kurang lebih 3 (tiga) jam ini, direncakan nantinya akan dilanjutkan di pasar sudimampir, maupun pasar terapung sabtu siring, hingga kabupaten Tabalong Tanjung. Kegiatan ini diharapkan menjadi salah ruang edukasi bagi masyarakat khususnya pekerja informal diIndonesia untuk mendapatlan informasi manfaat dan produk BPJS Ketenagakerjaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H