Rindu, berharap, sedih mungkin ketiga kata itulah yang mewakili perasaan saya kini jika harus  menggambarkan mengenai Hoka-Hoka Bento (HokBen). Tidak berlebihan memang jika HokBen begitu sangat spesial bagi saya. Mulai dari pengalaman melamar kerja disana, hingga menjadi saksi bisu kisah romansa saya dengan seseorang. Merindukan Hoka-Hoka Bento bukanlah hal yang berlebihan bagi saya, disetiap kali saya pulang kampung (Red: Jakarta) atau dinas ke kota-kota besar saya selalu menyempatkan diri untuk bisa makan di HokBen. Kenapa? karena sdiBanjarmasin tempat saya merantau saat ini, sangat disayangkan HokBen belum membuka cabang. Hingga hari ini harapan untuk Hokben membuka cabangnya disini masih saya nantikan, karena jujur taste menu HokBen sampai saat ini, bagi saya belum bisa ada yang menandingi. Sempat mencuri perhatian beberapa resto lokal yang mencoba mengikuti style menu HokBen, tapi ada daya ketika rasanya tidak pernah ada yang bisa mendekati. Beef Teriyaki dan saladnya itu,,,,,,hmmmm memang menjadi signature dish tersendiri. Sehingga pada akhirnya, sedih hanya bisa saya rasakan manakala saya harus kembali keperantauan dengan hanya memikirkan, oke disana tidak ada HokBen, jadi bersabar menunggu momen pulang kampung atau berkunjung dinas ke kota besar lainnya.
Tahun 2011 menjadi salah satu pengalaman saya bersama HokBen. Tengok saja pada waktu itu saya pernah mencoba melamar menjadi salah satu staff marketing komunikasi disana. Sesampainya di kantor tersebut  melihat mobil mobil minibus membawa bahan makanan sembari mencium aroma khas HokBen, rasanya seperti membawa saya pada pengalaman film Charlie and the Chocolate Factory. Bedanya jika pada film tersebut Charlie dapat mencicipi cokelatnya, sedangkan saya hanya bisa sekedar mencium aromanya. Meskipun begitu, semangat saya untuk bekerja disini enggan surut melainkan justru bertambah. Terlalu semangatnya saya, menjadikan motivasi saya sedikit lebih nyeleneh. Berharap jika saya bisa bekerja diHokben maka saya bisa mencicipi menu di Hoka-Hoka bento setiap hari.  Mungkin motivasi yang sedikit  nyeleneh itulah, dan ada orang lain yang memiliki motivasi lebih mulia ,yang membuat saya hanya bisa sampai di tahap psikotest saat itu.Â
Pengalaman sedikit pahit bagi saya itu, tidak menyurutkan  saya untuk tetap menyukai HokBen. Pada tahun 2015 tepatnya bulan oktober  justru HokBen menciptakan pengalaman manis bagi saya. Hokben Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta menjadi saksi bisu saya bertemu untuk pertama kalinya dengan seseorang yang kini menjadi bagian dari kisah romansa saya. Ditemani menu premium set, Hokben berbagi pengalaman yang begitu hangat, tidak hanya sekedar menyantap menu kesukaan dengan diiringi sedikit canda tawa, HokBen mampu memecah suana canggung yang terjadi pada saat itu. Sama sama penikmat HokBen, kami berdiskusi mengenai lezatnya taste Nasi,  Beef Teriyaki / Yakiniku, Ekkado, Ebi Furai, Shrimp Roll, Clear Soup, sampai Salad dan Ocha. Sampai saat inipun kami masih mencoba menduplikasi rasa salad yang fenomenal itu, namun misteri kelezatannya masih belum bisa kami pecahkan. Rutinitas mengunjungi HokBen hingga saat ini masih kami lakukan disela waktu saya pulang kampung. Bahkan keluarga dirumahpun sangat menyukai menu hokben khsusnya ayah ibu yang menggemari Chciken Teriyaki
Semoga tangga 1 juli 2016 nanti, ketika saya pulang untuk menyambut lebaran-- saya dapat membawa Omiyage kerumah. Tidak terbayangkan menyantap hidangan ini bersama orang tua dan keponakan saya, makanan lezat yang memberikan momentum kebahagiaan dan kehangatan secara bersamaan. Sudah tidak sabar tentunya, sampai waktu jadi terasa begitu lama. Sembari menunggu kabar baik bahwa Banjarmasin akan segera disinggahi Hoka Hoka Bento, atau ada pembaca kompasiana yang bersedia mengirimkan Omiyage ke Banjarmasin heheheheh Amin....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H