Pertanyaan itulah yang selalu saya utarakan kepada diri saya, disela-sela aktifitas pagi sebelum berangkat bekerja. Bukan hal yang tidak mungkin jika nanti ketika saya sudah memasuki hari tua atau usia pensiun, maka angka 19 juta menjadi realitis untuk saya alokasikan setiap bulannya. Inflasi, mungkin banyak orang sudah mendengar istilah tersebut, faktor inilah yang akan melambungkan belanja bulanan saya yang saat ini kurang lebih 5 juta rupiah sebulan, menjadi 19 juta rupiah dimasa pensiun. Berbicara memasuki usia pensiun bukanlah perkara mudah bagi banyak orang, karena ketika diusia produktif kita masih berkesempatan untuk mendapatkan penghasilan aktif, maka dimasa pensiun kita akan dihadapkan kenyataan bahwa kesempatan  tersebut berkurang bahkan hilang. Belum lagi tenaga fisik maupun non fisik yang sudah jauh berbeda bilamana kita bandingkan disaat usia produktif. Disisi lain biaya hidup cenderung akan meningkat, sejalan dengan resiko kehilangan pernghasilan dan kondisi kesehatan yang menurun.
Meredefinisi pensiun, Corsini (1987) secara  lebih jelas dan lengkap mengatakan bahwa pensiun adalah proses pemisahan seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seseorang di gaji. Dengan kata lain masa pensiun mempengaruhi aktifitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan. Penerapan usia pensiun diIndonesia masih beragam, sesuai dengan kebijakan yang diambil oleh masing-masing perusahaan. Namun jika mengacu pada  peraturan pemerintah no 45 tahun 2015 tentang penyelenggaraan program jaminan pensiun, usia pensiun di Indonesia ditetapkan 56  (lima puluh enam) tahun, dan akan bertambah 1 (satu) tahun untuk 3 (tiga) tahun sekali. Artinya jika tahun 2016 ditetapkan usia  56  (lima puluh enam) tahun sebagai usia pensiun, maka 1 januari 2019 usia pensiun akan bertambah menjadi 57 (lima puluh tujuh) tahun sampai mencapai 65 (enam puluh lima) tahun.Â
Hari ini atau tidak sama sekali
Menggambarkan hari tua atau usia pensiun, sekali lagi kita diingatkan bahwa biaya hidup cenderung akan meningkat,namun resiko kehilangan penghasilan aktif dan kondisi kesehatan akan menurun. Sehingga perlu adanya langkah tepat dalam menghadapi resiko tersebut. Adapun langkah yang direkomendasikan adalah;Â
- Pertama kita harus menentukan terlebih dahulu berapa tabungan yang harus kita miliki disaat kita memasuki usia pensiun. Hal ini sangat penting untuk nantinya kita dapat menentukan instrument investasi mana yang paling memungkinkan untuk mencapai kebutuhan tabungan pensiun tersebut. Mengumpulkan dana tabungan tentunya dilakukan saat kita masih dalam kategori usia produktif.Â
- Kedua, Menentukan instrumen investasi dan penyelenggaranya. Saat ini program atau produk investasi sudah banyak, tinggal bagaimana menyesuaikan dengan kebutuhan. Jangan lupa untuk menghitung resiko penyerta lainnya, seperti sakit dan meninggal dunia. Hal ini penting mengingat jangan sampai investasi yang kita kumpulkan nantinya digunakan bukan untuk pensiun, melainkan untuk membayar rawat inap dikarenakan sakit. Program asuransi seperti unit link, dapat dijadikan rekomendasi jika konsumen ingin mendapatkan perlindungan sekaligus proteksi dalam satu produk.
Menghitung berapa tabungan yang harus dimiliki saat kita memasuki masa tua atau usia pensiun, maka kita harus menentukan terlebih dahulu berapa lama usia produktif, besaran biaya bulanan saat ini, nilai rata-rata inflasi, dan tentunya berapa lama masa pensiun itu sendiri. Diawal tulisan ini, penulis coba memberikan contoh yang menggambarkan bagaimana biaya bulanan yang dihadapi penulis saat ini kurang lebih 5 juta rupiah, dapat menjadi 19 juta rupiah dimasa pensiun, ini yang dinamakan dengan future value. Bila mengutip dari tulisan Bintan Nurul Hayati dalam blognya yang berjudul "Cara menghitung Future Value dan Present Value" maka Future Value dapat diartikan sebagai nilai uang di masa yang akan datang dari uang yang diterima atau dibayarkan pada masa sekarang dengan memperhitungkan tingkat bunga setiap periode selama jangka waktu tertentu.
Sederhananya,
- Di tahun 2016 ini-- penulis genap berusia 28 (dua puluh delapan) tahun yang artinya  jika dengan ketentuan usia pensiun 2016 ialah 56 (lima puluh enam) tahun, maka masa produktif penulis adalah 28 (dua puluh delapan ) tahun. Hasil ini didapat dari masa pensiun dikurangi dengan usia saat ini atau 56 tahun (-) dikurangi dengan 28 tahun sama dengan 28 tahun.
- Kebutuhan hidup setiap bulannya, rata-rata penulis dengan status lajang mengeluarkan dana sebesar Rp. 5.000.000/bulan.
- Nilai rata-rata inflasi tahun ini sebesar 5%. Dengan catatan perhitungan inflasi ini kita anggap konstat/flat hingga memasuki hari tua atau pensiun.Â
Maka disaat masuk hari tua atau usia pensiun nanti atau future value dari nilai uang  RP.5.000.000 adalah FV (Future Value) = PV (Present Value) dikalikan 1+r pangkat n.
Kemudian apakah pertanyaan berapa tabungan yang harus kita miliki di saat hari tua atau pensiun sudah terjawab? maka jawabannya adalah belum. Oktober 2015 melalui situs http://www.saibumi.com/artikel-68931, Badan pusat statisktik memaparkan bahwa usia rata-rata orang Indonesia adalah 70.59 tahun,perhitungan ini didasarkan pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Artinya besaran masa pensiun penulis jika mengambil rata-rata usia orang indonesia sejumlah 70 tahun (-) dikurangi 50 tahun atau sama dengan 14 tahun. Maka dari itu Besaran berapa tabungan yang harus saya miliki untuk menghadapai masa pensiun adalah Future Value Rp.19.600.645 dikalikan dengan 12 (jumlah bulan dalam tahun) dikalikan dengan 14 (jumlah tahun masa pensiun) atau sama dengan Rp 19.600.645 X 12 X 14 = Rp. 3.292.908.360 Â atau sekitar Rp 3.3 Milyar.Â
Dari data diatas, maka barulah terjawab berapa besaran tabungan yang harus dimiliki untuk menghadapai hari tua atau masa pensiun. Angka yang terbilang fantastis sekaligus mencengangkan jika memperhitungkan nilai tersebut saat ini. Ketidakpercayaan hingga rasa pesimis sebagian akan datang sebagai kesan pertama bagi siapa saja yang mengetahui besaran ideal yang harus ada disaat hari tua atau pensiun. Namun tantangan tersebut seharusnya bisa menjadi motivasi bukan malah diabaikan. Rencanakan selanjutnya apa yang harus dilakukan hari ini, untuk menuai hasil dimasa mendatang . Ragam pilihan investasi saat ini sudah banyak, hanya tinggal bagaimana kita menyesuaikan dengan yang paling memungkinkan untuk kita ambil, Â sekaligus mana yang paling memungkinkan untuk mewujudkan tabungan menghadapi hari tua atau masa pensiun kita.Â
Beragam tanggapan mengalir setelah mengetahui besaran tabungan untuk hari tua atau pensiun yang harus disiapkan. Ada yang peduli untuk segera merencanakan berinvestasi atau menabung, tapi banyak pula yang menaruhnya pada takdir. Ironi memang, kita sadar betul bahwa kebutuhan akan tabungan hari tua atau pensiun itu penting, namun tidak diikuti dengan usaha untuk mewujudkannya. Bahkan ada yang menjual hari tua dan pensiunnya untuk sebuah kebutuhan gaya hidup. Kita lihat saja fenomena masyarakat yang berbondong-bondong mendatangi kantor asuransi sosial milik pemerintah yang mengelola program jaminan hari tua. Disebutkan bahwa program jaminan hari tua memiliki filosofi sebagai jaminan kepada peserta dengan menerima sejumlah uang tunai sebagai pengganti kehilangan penghasilan ketika masuk usia pensiun, cacat total tetap atau meninggal dunia. Tentunya hal ini didasari pada amanat UU SJSN (UU No.40/2004). Namun pada penerapannya banyak dari masyarakat yang mengajukan klaim hari tua dikarenakan tuntutan gaya hidup, mulai dari pembelian barang elektornik ataupun kebutuhan yang bersifat konsumerisme lainnya.