Bentangan alam Indonesia memang luar biasa indahnya, mulai dari kepulauan seribu di wilayah Ibu kota hingga yang paling tersohor Raja Ampat dinegeri Papua. Salah satunya berada di Sulawesi Selatan, mungkin sudah banyak referensi mengenai destinasi yang akan saya ulas saat ini, Tanjung Bira. Terletak di ujung selatan Pulau Sulawesi, tepatnya berada di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Tanjung bira menyajikan bentang alam yang menurut saya luar biasa. Walaupun harus menempuh jarak kurang lebih 5-6 jam dari kota Makassar (tergantung kepadatan kendaraan) namun semua terbayar lunas dengan pemandangan gradasi biru laut hingga pasir putih yang begitu lembut seperti bedak bayi. Mengulas tanjung bira memang tiada habisnya perpaduan sentuhan modernitas kota makassar hingga sentuhan alam bulukumba menawarkan paket wisata yang lengkap yang akan kita ketemui jika berwisata kesana.
Perjalanan saya sebelumnya di mulai di kota Makassar, kota yang terkenal dengan kuliner iga nya hingga tenun serta makanan lautnya menyajikan keunikan tersendiri. Datang pada malam hari pukul 19.00 waktu setempat tidak serta merta menyembunyikan kota ini dari gemerlap kota metropolitan. Hilir mudik kendaraan hingga pembangunan proyek jalan-raya semakin mengukuhkan kota ini sebagai kota ramai di wilayah Indonesia. Perjalananku dari Banjarmasin, singgah dibalikpapan membuatku tidak mampu lama-lama menatap kota Makassar yang baru kutemui saat malam itu. Rasa ngantuk segera menghampiri sekaligus membawa bayangan Transtudio Makassar yang ikonik kedalam mimpiku.
Dengan kendaraan minibus yang menurutku cukup sempit untuk ukuranku, namun segera terlupakan melihat canda tawa teman-teman kantor ku dan semangat untuk melihat destinasi utamaku Tanjung Bira. Jalan yang lurus sekaligus berkelok melewati setiap kabupaten di makassar yang malam ini tersembunyi keindahannya karena pekatnya malam, hanya bisa mengandalkan lampu sorot minibus sembari mencuri perhatian karena rasa ngantuk masih menghinggap. Jam menunjukkan pukul 00.15 waktu dini hari, Â dan sambutan "Selamat Datang diKawasan Tanjung Bira" menyambut saya dan rombongan. Segera kami mencari penginapan yang telah ditentukan sebelumnya-- melengkapi informasi bahwa dikawasan ini banyak sekali deretan penginapan yang beragam, mulai dari kelas resort hingga melati yang dapat disesuaikan dengan budget wisatawann
Mengawali hari berikut dengan shalat subuh, saya pun berinisiatif untuk keluar penginapan sembari menghirup udara pagi serta mendengar desiran pantai yang semenjak dini hari seolah menggodaku untuk dapat kutemui. Matahari pun sebenarnya masih enggan untuk bangun, seketika pagi itupun aku hanya bisa merasakan kenikmatan pantai yang sudah lama tidak bisa aku rasakan. Kuputuskan untuk kembali penginapan untuk menikmati sarapan dan juga berbenah diri untuk persiapan aktifitas snorkeling setelahnya. Jam menunjukkan pukul 07.00 dan sarapan telah tersaji, tanpa basa basi sepiring nasi goreng sudah lahap kuhabiskan dan menuju meeting point untuk mendapat arahan mengenai kegiatan hari ini. Sekarang saat yang ku nanti, melihat bagaimana keindahan pantai Tanjung Bira, sejauh mata memandang sudah terlilhat jelas gradasi biru laut dan hijau yang membentang melewatiku.
dsc07070-jpg-575243c8c1afbdcb04a9f169.jpg
Perjalanan menuju Spot snorkeling saja sudah dibuat takjub luar biasa, berhenti sejenak untuk dapat menghangatkan tubuh dengan birunya laut dan bentang alam didepan mata memang sudah tidak lagi dapat dielakkan. Ditempat ini kita dapat menikmati olahraga renang dengan sensasi jauh dari bibir pantai tapi tenang ajah, ada daratan dangkal ditengahnya dan pasir putihnya yang tidak kalah elok. Tetapi harus hati-hati juga bagi yang belum bisa berenang--karena ketinggian air mencapai kurang lebih 1.6 meter dan  terumbu karang alami yang beberapa kali ditemukan cukup tajam. Apabila tidak bijak dalam beraktifitas, pasti ada saja kecelakaan kecil seperti luka baret dan lainnya.
gopr1674-jpg-5752461cff22bdf00ef6019d.jpg
Snorkeling di Pulau kambing, memang terbilang tidak seindah di Pulau Harapan diKepulauan Seribu atau bahkan Raja Ampat, karena perairannya cukup dangkal. Disisi lain masih banyak terumbu karang yang sayangnya pada waktu itu saya tidak banyak menemukan ikan. Ada beberapa gerombolan ikan terlihat sekilas tapi sudah lebih mendekati perairan yang cukup dalam. Jujur saya sendiri sangat takut dengan kedalaman air, karena pernah mengalamai memori buruk tentang yang namanya "Tenggelam". Tapi apapun itu pulau kambing menyimpan banyak keindahan karang dan perbukitannya yang khas, menyesal kesini? jawabannya tidak sama sekali.
Lelah beraktifitas snokeling, perut sepertinya telah memberi sinyal lapar. Beristirahat di Pulau Liukang Loe dengan olahan udang dan Ikannya membuat saya merasa bahwa saya sudah terlalu lama meninggalkan kebiasan saya untuk makan Ikan. Rasa ikannya luar biasa dengan sebatok kelapa muda yang langsung menyegarkan tenggorokan. Bercengkrama dengan pasir putih sembari melihat kecerian teman dalam menguji kamera drone membuat saya merindukan keluarga saya yang ada di Ibu Kota. Maklum saya perantau dari jakarta yang hingga saat ini masih bekerja di bumi kalimantan selatan. Banjarmasin
Bersantai sejenak dipulau Liukang Loe, rasanya masih kurang--untuk itu perjalanan kami lanjutkan menuju
Pantai Bara. Bagaimana dengan pantai ini? dua kata luarrr biasaaaa. Jika saya tidak mendapatkan ombak di liukang loe, maka disini saya mendapatkannya, seperti kembali ke masa kecil--duduk menunggu datangnya ombak dan menikmati desirannya membuat saya seolah lupa bahwa saya tengah merindukan Jakarta karena status saya sebagai perantau. Dipantai ini jualah saya pada akhirnya menemukan dengan jelas, lembaran pasir putih yang bersih dan lembut tanpa cela.Â
Tidak lupa untuk bermain wahana permainan air
banana boat yah kawan, karena disini selain menyajikan bentang alamnya yang indah luar biasa, masyarakat juga menawarkan wahana permainan air yang dapat memompa adrenalin. Warung-warung juga masih cukup mudah untuk ditemukan, jika memang dirasa haus dan lapar datang menyapa. Namun pada waktu itu, saya sama sekali melupakan hal tersebut karena keceriaan sudah menyelimuti psikologi saya. Puas berwahana air, kami memutuskan untuk menutup kegiatan hari ini karena senja sepertinya telah mencolek kami, mengingatkan bahwa masih ada hari esok untuk menikmati keindahan Bira. Pilihan makan di pantai Marlboro pun menjadi daya tarik tersendiri, selain menutup senja dengan makanan khas laut makassarnya, keindahan panorama sunsetnya pun elok begitu bernilai.
Demikianlah perjalanan kami hari ini, bagi kami Bira memiliki memori tersendiri yang kami rindukan hingga saat ini. Jika ada kesempatan berwisata dengan keluarga kecilku, ingin rasanya membawa mereka kesana--sembari mengatakan Indonesia itu masih menyimpan banyak keindahan, sembari belajar bagaimana jika kita menjaga dan menghargai alam, maka alam akan memberikan kita keindahan terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya