Sampai di tahun 1945, tepatnya di usianya yang ke-26 tahun Benjamin berhasil kembali ke rumah panti jompo. Queeny merasa bahagia dan terkejut setelah 10 tahun anaknya dapat kembali pulang dengan selamat. Terlebih lagi, kini paras Benjamin terlihat semakin muda dan tampan.
Tak lama setelah kepulangan Benjamin, seorang wanita cantik datang untuk mencari Queeny. Ternyata dia adalah Daisy. Wanita itu terkejut saat bertemu dengan Benjamin, bahkan hampir tak mengenalinya. Mereka pun bernostalgia dan saling berpelukan. Daisy menunjukkan ketertarikan kepada Benjamin, tapi sayangnya Benjamin terlalu kaku dan membuat bonding lebih buruk di antara mereka, sehingga Daisy memilih untuk menjauh dan kembali ke New York.
Selama waktu berjalan, Benjamin terus mengalami perubahan fisik yang signifikan. Rambutnya makin berubah warna, dari yang semula putih penuh uban, kini menjadi lebih gelap. Indra penciuman dan pendengarannya pun semakin tajam. Sampai akhirnya dia kembali bertemu dengan Thomas, sang ayah. Di situlah Thomas mengaku bahwa dia adalah ayah kandung Benjamin dan meminta maaf atas kesalahannya yang telah membuangnya saat bayi. Thomas bahkan memberitahu bahwa dia akan mewarisi seluruh harta kekayaan dan perusahaannya kepada Benjamin. Sampai akhirnya Thomas mengembuskan napas terakhirnya.
Tak lama setelah kematian Thomas, Benjamin mengunjungi Daisy ke New York dan menonton pertunjukan balet yang tengah berlangsung di malam itu. Sayangnya, saat itu Daisy sudah memiliki kekasih dan sudah ada janji untuk pergi ke pesta bersama teman-temannya.
Benjamin pun akhirnya memutuskan untuk kembali berlayar dan berpisah lagi dengan Daisy. Di fase kehidupan ini Benjamin telah sepenuhnya matang secara fisik ataupun finansial. Dia kerap gonta-ganti pasangan dan melakukan apapun yang belum pernah dia lakukan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya Benjamin memutuskan untuk kembali pulang ke rumah dan ternyata Daisy telah menunggunya di sana. Tampak Daisy telah mengalami penuaan, tapi perubahan fisik itu tak merubah sedikit pun ikatan emosional yang mereka miliki. Sampai akhirnya Benjamin kembali mengajak Daisy untuk berlayar bersamanya. Romantisme mereka pun tergambar utuh saat mereka melintasi lautan dengan jarak dan waktu yang sangat panjang. Setiap detiknya mereka lalui penuh dengan kebahagiaan. Mungkin pertemuan itu adalah kombinasi Kompleks saat mereka berada di puncak kematangan secara fisik maupun emosional.
Selepas meninggalnya Queeny, Benjamin pun menjual rumah ayahnya dia menggantinya dengan rumah sederhana untuk mengukir kenangan baru bersama Daisy. Mereka tinggal bersama hingga Daisy mengandung buah hati Benjamin. Saat itu Benjamin berusia 49 tahun sedangkan Daisy berusia 43 tahun. Sayangnya, Benjamin tampak ragu saat mendengar kabar kehamilan Daisy. Dia berpikir bagaimana bisa menjadi seorang ayah apabila dia terus menjadi muda?
Saat bayi itu lahir, Benjamin memberi nama Caroline seperti nama ibu kandungnya. Rupanya, Caroline adalah wanita yang tengah membacakan buku diary di rumah sakit yang ada pada scene pertama di film ini.
Sampai pada suatu momen, Benjamin meminta Daisy untuk mencarikan Ayah bagi Caroline, karena menurut Benjamin bayi itu membutuhkan sosok seorang ayah dan Daisy juga tak mungkin membesarkan mereka berdua karena Benjamin yang makin lama makin muda.
Akhirnya Benjamin memutuskan untuk pergi dari kehidupan Daisy setelah menjual rumah, kapal, dan pabrik kancing milik ayahnya untuk dia serahkan kepada Daisy dan Caroline. Benjamin pergi meninggalkan semuanya bahkan sebelum anaknya mengenalnya.
Sejak kepergian itu, Benjamin terus mengirim pesan untuk Caroline setiap tahunnya. Pesan dari seorang ayah yang begitu mencintai putrinya. Sampai belasan tahun kemudian, akhirnya Benjamin kembali ke New Orleans dan mengunjungi Daisy dengan fisik yang sangat muda seperti umur 18 tahun. Sementara Caroline telah tumbuh menjadi gadis cantik seperti ibunya dulu.
Sayangnya, saat itu Daisy telah menikah dengan  pria baru, sesuai permintaan Benjamin. Dia terkejut akan kedatangan Benjamin, apalagi melihat parasnya yang makin muda. Daisy berkata bahwa Benjamin benar. Sepertinya dia tidak bisa merawat Caroline dan Benjamin dalam waktu yang bersamaan. Akhirnya mereka berpisah kembali dan Benjamin memilih tinggal dan hidup sendiri asalkan Daisy dan Caroline bahagia.
Sepuluh tahun sejak pertemuan terakhir mereka, ayah tiri caroline pun meninggal dan itu bertepatan dengan datangnya sebuah panggilan telepon. Ternyata departemen kesejahteraan anak menemukan Benjamin tinggal seorang diri di sebuah gedung tak terurus. Satu-satunya petunjuk adalah buku diary itu yang di mana nama Daisy terus disebut di sana.
Saat Daisy menemukan Benjamin, dia sangat terkejut melihat Benjamin yang terlihat seperti anak umur 8 tahun. Bahkan saat itu Benjamin sudah tak mengingat Daisy dan terlihat begitu kebingungan. Akhirnya Daisy memutuskan untuk merawat Benjamin. Hal yang sangat mengharukan saat Daisy menyaksikan bagaimana Benjamin mulai kehilangan kemampuannya dalam berjalan dan berbicara. Karena di Fase itu Benjamin telah kembali menjadi balita.
Sampai pada usia Benjamin menginjak 80 tahun, tubuhnya sudah menyusut seperti bayi. Daisy memangkunya di kursi layaknya sang ibu yang sedang menimang bayi. Saat itu tatapan Benjamin seakan selalu mengatakan bahwa dia mengenal Daisy. Nahaasnya, di hangatnya pangkuan itu akhirnya Benjamin menutup mata untuk yang terakhir kali.
Kembali ke timeline di tahun 2005, persis di tahun setelah kepergian Benjamin, seekor burung yang dulu pernah menghampiri Benjamin kini juga mengunjungi Daisy di rumah sakit. Dan persis di momen itulah Daisy mengembuskan napas terakhirnya.
Film ini mengingatkan kita betapa berharganya waktu. Tanpa disadari waktu berjalan begitu cepat dan orang yang kita sayangi bisa pergi kapan pun. Hikmah yang bisa dipetik dari film ini, janganlah menyia-nyiakan waktu saat bersama teman ataupun keluarga. Buatlah setiap momen menjadi berharga karena mungkin saja itu adalah pertemuan terakhir yang kita miliki.