Menegaskan kembali tentang apa yang saya sampaikan pada Bagian kesatu judul ini  bahwa kesluruhan alam semesta  ini Diciptakan Tuhan Yang Maha Pengatur dengan suatu sistem yang sangat  teratur.
Keteraturan di alam semesta (sunnatullaah/ hukum alam) itu muncul dalam berbagai fenomena yang sering membuat kita, orang awam terperangah. Sementara itu para ilmuwan seolah-olah mendapatkan bukti yang bisa dijadikan sarana verifikasi terhadap temuan-temuan ilmiah yang  sebelumnya maaih menimbulkan tanda tanya besar.Â
Beberapa temuan para ilmuwan lainnya, kadang menjadi jawaban atas pesan-pesan yang tercantum dalam Firman Tuhan di dalam Kitab Suci. Pada stratifikasi sumber keagamaan selain kitab suci, katakanlah Hadist dalam Islam juga sering memdapatkan penguatan/ legitimasi  ilmiah dari hasil riset para ilmuwan tersebut pads hukum alam ini.Â
Contoh pertama untuk hal tersebut bisa kita lihat pad peristiwa kebakaran hutan.di wilayah-wilayah tropis yang terjadi sebagai akibat perilaku manusia yang tidak mengindahkan peringatan para ahli lingkungan tentang kegiatan pertanian, khususnya kegiatan ladang perkebunan yang berdampak pada proses percepatan (mempersingkat waktu) siklus terjadinya fenomena itu dibandingkan, jika proses kebakaran hutan itu berlangsung secara alamiah dan merupakan proses peremajaan bagi hutan itu sendiri. Sebuah perilaku manusia yang digambarkan oleh Firman Tuhan  dalam Quran Surat Al Baqarah, Surat kedua ayat Â
Dalam skala yang lebih luas (mengglobal), perilaku manusia yang berdampak serius  pada kehidupan di bumi adalah aktivitas manusia yang memproduksi emisi gas, selain CH4 (metan) dari kebakaran hutan juga CO2 dari asap industri pabrik serta CFC11 DAN CFC12 dari AC dan Sprayer dan Cool cash. Emisi gas yang menciptakan gas rumah kaca di lapisan stratosfer (ozone layer) menggantikan posisi O3 (ozon) yang merupakan pelindung bumi sengatan sinar matahari yang berlebihan. Disinyalir oleh para  ahli lingkungan efek gas rumah kaca ini telah menjadi penyebab utama mencairnya beberapa puncak gunung es di Antartika.
Berlanjut......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H