selamat datang musim banjir. mungkin ini kalimat yang tepat menyambut tahun 2011. siklus la-nina yang biasanya hadir dalam periode 7-10 tahun, kini hadir semakin cepat. diprediksikan, musim penghujan akan terus berkepanjangan hingga di pertengahan bulan Juni 2011. tak ada pilihan, beradaptasi ataukah bermitigasi. sirine bencana sudah didengungkan. artinya, harus ada persiapan untuk menghadapinya. bisa jadi, bila tak ada persiapan, maka korban harta, bahkan nyawa, akan berjumlah tak sedikit. langkah yang tepat harus diambil, bila tak ingin meraup kerugian yang luar biasa. hilangnya pepohonan dalam skala luas, menjadikan iklim mikro pun berubah drastis. tingkat curah hujan semakin meningkat pada kawasan tertentu, sementara pada kawasan lain, kekeringan tetap dirasakan. banjir, sudah pasti menjadi sebuah bagian yang rutin, bilamana la-nina terus berkontribusi. kegiatan rehabilitasi hingga penanaman pohon trembesi, tak akan menjadi jawaban singkat. langkat tepat yang diambil oleh pemerintah adalah moratorium penebangan pepohonan, bukan sekedar suspensi. banjir, bisa jadi sebagai sebuah anugerah. melimpah ruahnya tangkapan ikan, serta memberikan kebasahan pada lahan, apalagi yang bertadah hujan. namun, bila berlebihan, berakibat pada kesengsaraan berkelanjutan. akankah perbaikan drainase mampu mencegah terjadinya bencana? ataukah sudah harus menyiapkan rumah rakit, agar dapat mengalir sampai jauh? sistem pertahanan kehidupan warga negeri ini bisa jadi rontok. didera beragam bencana ekologi. kelumpuhan ekonomi pada beberapa wilayah, bisa terus terjadi berulang. karena wilayah yang menjadi ‘langganan setia’ banjir, pasti tak berubah. perluasan wilayah itu pasti. siklus kehidupan telah terpotong, dengan habisnya sistem penopang kehidupan, hutan. hamparan dipterocarpa dan mangrove di pulau-pulau negeri ini, telah berganti menjadi tanah memerah dan mengeras. pori-pori tanah telah tertutup, sehingga aliran air bawah tanah, hingga sungai bawah tanah, akan jadi semakin mengering. sumber air bersih pun akan semakin sukar diperoleh. pilihannya hanyalah bersiap dengan memperbaiki sistem kelola alam, atau lari menghindari bencana ekologi. selamat datang musim banjir. kerinduan padanya tak perlu terlalu lama dipendam. sumber pangan kian menipis, karena hanya bergantung pada tanaman semusim. hanya beberapa kelompok yang mampu bertahan. penindasan kehidupan semakin masif terjadi. pimpinan negeri hari ini, apakah tak merasa ngeri menyaksikan hari esok negeri ini?
pada selamat datang musim banjir !
sebagaimana ditulis di: timpakul mahalabiu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H