Mohon tunggu...
ADE EVA
ADE EVA Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

IHSG Melambung Tinggi Pascapandemi, Bursa Saham Indonesia Bangkit dari Krisis

12 Desember 2023   15:00 Diperbarui: 12 Desember 2023   15:11 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan tajam pascapandemi, harga tertingginya tercatat pada April 2022 pada titik 7.228 dari titik terendah saat pandemi terjadi pada bulan Maret 2020 4.538. Keadaan pasar saham selama pra-pandemi tepatnya pada tahun 2018 hingga 2019, pergerakannya berada pada rata-rata 6.099 pada 2018 dan sebesar 6.325 pada 2019. Standar deviasi pada tahun 2018-2019 menunjukkan penurunan dari 251,23 ke 143,22 hal ini menunjukkan adanya penurunan tingkat fluktuasi harga saham sehingga volatilitasnya lebih stabil dan risiko investasi saham juga cenderung menurun.

 Badan Pusat Statistik
 Badan Pusat Statistik

Namun berbanding terbalik apabila melihat standar deviasi IHSG pada tahun 2020 dimana poinnya sebesar 514,98 dengan rerata harga saham sebesar 5.260 hal tersebut menunjukkan bahwa volatilitas sedang tinggi maka pasar saham sedang tidak baik-baik saja dan ada kemungkinan risiko tinggi yang dihadapi investor di pasar saham. Kondisi ini tentu bertepatan dengan keadaan perekonomian dunia yang tidak stabil akibat adanya pandemi Covid-19 yang melumpuhkan hampir seluruh aktivitas perekonomian di dunia. Semua negara berusaha sekuat tenaga menjaga keadaan perekonomian masing-masing untuk menjaga investasi di dalam negeri segera mencapai titik stabil seperti sebelum adanya pandemi, begitupun Indonesia. Hal tersebut tercermin pada harga saham yang perlahan menguat pada saat pandemi tepatnya dimulai pada Desember 2020 sebesar 5.979. Standar deviasi harga saham mulai kembali pada titik stabilnya di tahun 2021 pada titik 249,68 dan terus menurun hingga 2022 sebesar 160,77.

 Badan Pusat Statistik
 Badan Pusat Statistik

Penurunan standar deviasi harga saham secara bertahap dari tahun ke tahun ini menandakan bahwa risiko di pasar saham semakin menurun, hingga pada Oktober 2023 didapat standar deviasi sebesar 108,96. Semakin rendahnya tingkat risiko di pasar saham ini menandakan bahwa investor memiliki peluang besar untuk bisa lebih banyak menginvestasikan dananya di pasar saham. Peningkatan IHSG bertahap ini tentu merupakan salah satu bentuk telah membaiknya keadaan perekonomian sejalan dengan pandemi yang sudah dapat dikendalikan. Dengan membaiknya keadaan perekonomian dan tidak lagi terbatasnya akses dalam berkegiatan ini memungkinkan investor asing memiliki keberanian dalam menginvestasikan dananya kembali ke Indonesia melalui saham. Selain itu selama pandemi BI berupaya menurunkan suku bunga acuan hingga ke level 3,5% pada 2022 yang tujuannya untuk memacu pertumbuhan perekonomian sehingga memungkinkan mendorong profitabilitas perusahaan emiten serta minat investor asing untuk kembali berinvestasi pada pasar saham. Namun meskipun perekonomian menunjukkan keadaan yang semakin membaik, investor tentu harus tetap waspada karena tidak pastinya keadaan global yang mungkin berpengaruh lagi kepada perekonomian negara di masa yang akan datang.

Berdasarkan analisis mengenai pergerakan IHSG, rata-rata harga saham serta melihat dari nilai standar deviasi IHSG sebelum dan sesudah pandemi Covid-19, secara keseluruhan prospek pertumbuhan IHSG ke depannya cukup optimis. Hal tersebut didukung oleh beberapa faktor yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu pulihnya perekonomian nasional dan global pasca pandemi, serta meningkatnya minat investor asing untuk kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Indikator penurunan standar deviasi IHSG dari tahun ke tahun juga menunjukkan risiko pada pasar saham yang semakin stabil dan terkendali. Namun ketidakpastian global masih tetap ada meskipun pandemi telah berakhir, oleh sebab itu investor perlu mewaspadai risiko tersebut. Oleh karena itu selain melihat potensi dari imbal hasil yang akan didapatkan, risiko investasi juga perlu diperhitungkan dalam menentukan strategi berinvestasi di pasar modal ke depannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun