Mohon tunggu...
anie bebek
anie bebek Mohon Tunggu... -

tak ingin sia^^,, meski tlah hancur .ku coba bangkit dan mengumpulkan yang tersisa .berharap Tuhan berikan keajaiban .agar aku bisa tunjukan padanya seberapa besar pengabdianku .

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Siapa yang Ambil Perawanku ??

8 Januari 2012   14:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

( www.google.com )

Aku sering dipanggil mini , nama lengkapku Rukmini maklumlah aku lahir ditengah keluarga bersuku jawa tapi aku juga tidak begitu mengerti tentang suku yg melekat padaku sejak lahir karena aku lahir dan besar di provinsi Lampung. Kehidupanku biasa saja sama seperti anak-anak pada umumnya, aku mempunyai 1 kakak laki-laki tertua, 1 kakak perempuan dan tiga orang adik,yang ketiga-tiganya adalah laki-laki . Bapak seorang pegawai rendahan di sebuah instansi pemerintahan negeri di Lampung begitupun dengan Ibu,beliau seorang guru di sebuah sekolah dasar . hidup kami sederhana, dibilang mampu tapi kami tak mampu membeli barang mewah ,dibilang tak mampu tapi kami mampu hidup layak, singkatnya kami hidup sederhana dan bersahaja .

Aku gadis biasa, yang memulai jenjang pendidikan layaknya anak-anak lain, Taman Kanak-Kanak (TK) ,Sekolah Dasar (SD) ,Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) . yang kesemuanya kutempuh sesuai batasan umur dengan tingkat intelegensi 129 , tingkat intelegensi yang standar .

Aku tidak berparas ayu layaknya srikandi, tidak berprilaku lembut layaknya raden ajeng kartini, tidak tangguh seperti karang ,tapi juga tak segemulai putri malu . hanya gadis biasa dengan tampang yang pas-pasan, dengan suara yang dibilang masih kekanak-kanakan meskipun usiaku sudah menginjak remaja ,setiap orang yang mendengar ketika aku berceloteh mereka akan mengira bahwa vokalku adalah buatan tapi toh ternyata ini adalah anugrah yang Tuhan berikan untukku ,kusyukuri itu.

Kehidupan yang ku jalani terbilang normal, dan ketika suatu hari saat usiaku 11tahun masih ku ingat jelas kejadian itu ,saat aku dan adik tepat dibawahku bertengkar ,hal yang tak ku ingini terjadi benar saja ibu kalap luar biasa,dipukulnya bagian dadaku hampir beberapa senti sampai ulu hati ,membiru dan menyesakkan ,tak berhenti sampai disitu beliau mengucapkan kalimat yang menyakitkan sumpahnya untukku anaknya, sumpah itu berisi kutukan yang ku yakin kelak suatu hari akan terjadi padaku .

Tetap ku jalani hari-hari, dan ketika ku mengijak remaja ku ikuti ritual anak-anak muda yaitu menjalin kasih dengan lawan jenis . pemuda yg ku cintai berbeda keyakinan denganku tapi ia menyakinkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk kita bersama. Semua kata yang keluar dari mulutnya begitu menenangkan dan menyejukkan hatiku ,dimataku dia pemuda yang bijaksana,jenius,dan baik hanya saja dia masih suka bermain wanita dibelakangku ,tapi ku yakin jika aku mencintainya dengan tulus maka dia akan merubah kebiasaan buruknya itu , kukasihi dan kusayangi dia lebih dari apapun .

28 Februari 2011, sejarah kelam terukir dalam hidupku .aku kehilangan sesuatu yang paling berharga bagi wanita ,yang kupersembahkan pada cinta pertama dan ku harap menjadi cinta terakhirku . Dia berjanji akan bertanggung jawab atas hidupku,

“abang janji akan bertanggung jawab yang”. Rayunya meyakinkanku dengan wajah yang selalu terbawa dalam mimpi-mimpi di tiap malamku. aku percaya padanya kuserahkan segalanya karna dia kukenal sebagai pribadi yang bertanggung jawab . “janji yah yang ?” kuajukan jari kelingking kananku sebagai tanda persetujuan . “ia sayang ... “ dilumatnya bibir ini hingga tak sempat kutanyakan lagi tentang cintanya . Dua insan menyatu dalam cinta, berpacu dengan nafsu,menuntaskan cita-cita birahi ,peluh demi peluh menetes membasahi raga. tetapi ku rasakan keanehan,tak ada darah segar yang menandakan telah pecahnya selaput dara ,diapun tak menghiraukan itu ,tampak jelas diwajahnya nafsu yang membara ,terus dipaksa untuk melayani keegoisan yang membuncah dalam jiwa . “abang cinta ayang ...”mengecup keningku sebagai tanda berakhirnya pergulatan ini. “aku juga cinta abang “manjaku bersandar didadanya yang telah basah oleh peluh birahi . Dua anak manusia itu telelap dalam mimpi cinta yang indah ,berpeluk kasih terbuai oleh kenikmatan dunia. Tak terasa matahari telah menunaikan tugasnya dan digantikan oleh bulan yang malu-malu muncul dari balik lembayung senja dan kemudian disusul oleh jutaan bintang yang berserakan di hamparan langit . “aku pulang yah sayang ... ???” pamitku, kukecup bibir laki-laki yang masih malas untuk membuka mata mengantar kepulanganku. “kok cepet banget sih??ayang masih kangen tau,mau yang kaya tadi lagi...”rengeknya mencegah kepulanganku. “gak bisa gtu donk yang,aku harus pulang,ibu udah nungguin ... abang tau berapa kali ibu telepon tadi ??? 9kali ...” tegasku sembari melangkah keluar dari kamar yang tadi terisi penuh dengan birahi kami . “ia deh ..tapi besok lagi abang mau yah sayang ?” mukanya memelas berharap ku mengiyakan rengekannya. ku anggukan kepala dan menyungingkan seyum nakal tanda ku menyetujui rengekan itu, ku berlalu pulang memacu kuda besiku yang selalu setia mengantarkan kemanapun tujuanku pergi.

Semakin hari ada keanehan yang muncul dan sangat jelas kurasakan ,kekasih yang begitu kusayangi pergi menjauh entah mengapa akupun tak mengerti. Kucari tahu apa gerangan yang membuat belahan jiwaku berubah, dan singkatnya dia menjauhiku dengan alasan aku sudah tidak perawan karena tidak ada darah perawan saat kami menyatu dalam cinta .

Datang pesan yang mengatakan bahwa ia tak mencintaku lagi, Kecewa menyesakkan dadaku , gelap pandanganku , jiwaku seperti pergi dari raga melepaskan segala beban . entah pada siapa ku harus meminta tanggung jawab ,disini baru kusadar bahwa aku terlalu lugu akan janji manisnya . dulu semua begitu indah ,kini semua kelam . Awal rasa itu muncul pada laki-laki itu, saat aku sering jengah menghadapi hidup, saat aku merasa terlalu bodoh dengan semua pilihan yang aku ambil dalam hidupku, aku gontai saat perahu cintaku dengan lelaki jinggaku kandas di tengah laut. Kandas tanpa badai yang berarti, hanya dia beranjak meniti hati dengan perempuan yang dia anggap lebih dari aku, saat itu aku tak tahu lagi bagaimana bentuk hatiku, semua hancur seperti kepingan tak beraturan, berdarah, perih… laki-laki itu datang dengan senyum tulusnya, berbagi pundak saat jiwa ini lelah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun