Mohon tunggu...
Ade Supriadi
Ade Supriadi Mohon Tunggu... Guru - bersahaja

belajar menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kuping Gajah Berbisik

1 Desember 2010   10:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:08 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore hari ketika sedang duduk lesehan di teras rumah sambil memperhatikan bunga kuping gajah yang tertanam dalam pot ,
seakan-akan Bunga kuping gajah itu membisikan sesuatu kepada saya “ Jadilah saya?”, saya mencoba bertanya kembali :" kenapa Harus menjadi Kamu, kamu hanyalah sejenis Tumbuhan dan rupamu hanyalah mirip daun telinga seekor gajah”.

[caption id="attachment_75555" align="aligncenter" width="300" caption="Inilah Kuping gajah yang berbisik..."][/caption]

Sang kuping Gajah hanya tersenyum “ tahukah kamu , kalaupun saya hanyalah sejenis tumbuhan namun saya lebih kuat dari kamu, tak pernah mengeluh?”,
saya tesentak mendengar ucapan itu,
“ kamu tahu dan kamu harus ingat ketika saya ditanam pertama kali, saya hanyalah seonggol bibit yang tak berdaun, lalu kamu potong-potong menjadi beberapa bagian , saya tak mengeluh dan ketika itu sayapun hanya diletakan begitu saja ditanah tanpa diberi apapun saya hanya diam.
[caption id="attachment_75589" align="aligncenter" width="300" caption=""]

1291213792165895607
1291213792165895607
[/caption]

Ketika daun satu persatu tumbuh di badan saya barulah saya diangkat oleh kamu dan di letakan di dalam pot, namun setelah itu kamu biarkan aku sekian lamanya tak pernah disentuh dan tak pernah disiram, saya tak mengeluh,namun saya selalu menyapa dikala pagi, siang ataupun malam dengan hijau ku

Namun saya berjuang untuk terus hidup sampai sekarang kamu memandang saya dengan kekaguman dan menceritakan kepada orang lain bahwa dengan bangganya kamu mengatakan bahwa kamulah yang mengurusnya,..

Saya tak pernah mengeluh walau tak di perlu pupuk , tak menunggu disiram selama masih ada hujan diatas langit saya bahagia dengan semuanya ini…..
dan sayapun bangga seonggol bibit ternyata saya memberikan puluhan bibit-bibit lainnya yang sekarang berjejer dan berdampingan dengan saya dan berapa banyak saudara-saudara saya yang kamu pisahkan untuk dijual dengan alasan hanya untuk makan , sekali lagi saya tak mengeluh saya malah bersyukur bisa memberikan kehidupan saya untuk kamu.

“Hey Kamu yang memandang saya sadarlah , berhentilah mengeluh dan bersyukurlah apa yang sudah kamu dapatkan dan kamu peroleh serta berikan sebagian dari yang kamu peroleh untuk orang lain ,lakukan dan nikmati kehidupanmu seperti kamu melihat kehidupan ku sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun