Sebagian dari kita entah tahu atau tidak resiko apabila memberikan tiket ke orang lain. Akan tetapi, ada juga yang ketika batal berangkat/bepergian malah memberikan begitu saja tiketnya  kepada kenalan atau keluarganya
Barangkali karena tak ingin tiket yang sudah terlanjur dibeli itu, hangus, sia-sia sehingga diberikan kepada orang lain. Namun anehnya lagi tanpa berpikir panjang,  yang diberikan tiket  Pun, langsung menerima begitu saja, tanpa berpikir resiko yang akan dihadapinya.
Kalau kita telisik, bukan hanya oknum luar (penguna jasa) . Akan tetapi  oknum dalam (petugas berwenang) pun terkadang melakukan kecurangan atau hal nakal lainnya mengenai penjualan tiket transportasi atau yang menyangkut administrasi.
***
Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya baru-baru ini, tentu membawa duka dan luka untuk kita semua. Akan tetapi, yang mengherankan dari peristiwa itu adalah ditemukannya  identitas palsu yang digunakan penumpang pesawat.
Sebut saja Sarah Beatrice Alomau. Sarah adalah warga Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Dalam daftar manifes Sriwijaya SJ 182, nama Sarah Beatrice ada di urutan nomor 17. Â Ia turut menjadi korban dari jatuhnya pesawat tersebut.
Namun, ketika ditelisik ternyata nama yang tertera dalam  manifes pesawat tersebut, bukan Sarah. Diduga identitas dipakai oleh temannya.
Kok bisa? Ya, bisalah. Walaupun pada kasus Sarah berbeda. Namun, Seperti yang sudah saya singgung, pengunaan identitas palsu kerap terjadi, tapi tidak terpublikasi. Kalau pun terpublikasi, ketika telah terjadi musibah atau kecelakaan.
Setelah itu, barulah masing-masing pihak saling berspekulasi. Yang satu mengatakan tidak tahu -menahu, yang lain mengatakan petugas berwenang yang takteliti memeriksa identitas penumpang. Dan yang telah digunakan identitasnya, sibuk mengklarifikasi, soal identitasnya yang telah digunakan.
Pusing, bukan?
Pemahaman, Pengendalian diri dan ketelitian merupakan koentji agar terhidar dari masalah.