we wish you a merry christmas,
we wish you a merry christmas
and a happy new year
Lagu tersebut membawa ingatan saya ke masa kecil dulu. Seakan diri dibawa pada saat usia 9-10 tahun. Usia dimana, sebagian orang dewasa berharap agar kembali menjadi anak-anak. Beban kerja, urusan biologis dalam rumah tangga, tak dipikirkan. Yang ada dalam pikiran adalah bermain dan hiburan.
***
Lagu diatas, saya dengar ketika berbelanja disalah satu Toko(tempat menjual barang-barang).
Hmmm.. Ternyata mau memasuki hari natal dan tahun baru. Ucapku dalam hati.
Apa sih, Natal Itu?
Melansir dari Wikipedia, Natal (dari bahasa Portugis yang berarti “kelahiran”) adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.
Kata “natal” berasal dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis (Hari Lahir).Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut Christmas, dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse (1038) atau Cristes-messe (1131), yang berarti MisaKristus. Christmas biasa pula ditulis Χ’mas, suatu penyingkatan yg cocok dengan tradisi Kristen, krena huruf X dalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari Kristus atau dalam bahasa Yunani Chi-Rho.
Terlepas dari pada istilah atau definisinya. Bagi saya, Natal merupakan momen yang sangat berkesan semasa kecil.
Hari yang dinantikan diantara hari-hari libur yang lain. Hari dimana, bisa sepuasnya bermain, menonton dan juga bersilaturahmi ke tetangga yang merayakan Natal.
Dulu, setiap kali menonton telivisi dan mendengarkan lagu:
“we wish you a merry christmas,
we wish you a merry christmas,
we wish you a merry christmas
and a happy new year” Lalu di lanjutkan lagi dengan lagu” libur telah tiba, libur telah tiba“.
Saya merasa, lagu itu adalah lagu terbaik sepanjang masa. Lagu yang mengantarkan menuju pintu kebahagian.
Karena dihari itu, film kartun menghiasi acara-acara televisi, jauh dari sinetron-sinetron alay dan ceramah-ceramah Dai selebritis.
Tak didengar acara kafir mengkafirkan, boleh tidaknya mengucapkan Natal dan acara-acara yang membikin pusing lainnya. hari itu serasa di spesialkan untuk anak-anak.
Ada sebuah kenangan yang masih melekat dalam ingatan dan tak terlupakan, ketika semasa kecil bersama teman-teman, bersilaturahmi ke saudara, tetangga yang merayakan Natal.
Kenangan itu berupa: Mengambil Kue-kue Natal. Hehe
Tujuannya dari silaturahmi bukan hanya sekedar mengucapkan selamat. Tujuan utama kami adalah mengincar kue natal.
Akan tetapi, kami memilih-milih target, rumah yang dikunjungi— rumah pertama yang dikunjungi adalah rumah yang membuat kue bolu, kacang dan minuman jus ( waktu itu, memang agak langka didapatkan, hanya ada dihari-hari raya). Kami tahu, rumah yang membuat semua itu, berdasarkan pengalaman berkunjung sebelumnya.
Ketika berkunjung/bersilaturahmi, kami selalu memakai celana cargo (celana yang banyak sakunya) Agar berlomba-lomba mengambil kue dan kacang untuk dimasukan di saku celana ketika tuannya ke belakang.
Mengambil kacang dan kue selalu kami lakukan, Sebagai ajang perlombaan sesama kami, untuk mengetahui siapa yang mendapatkan kacang dan kue paling banyak.
Semacam ada kesenangan dan kebanggaan sendiri ketika diantara kami, ada yang mendapatkan kue dan kacang lebih banyak.
Sebenarnya perilaku kami di ketahui oleh tuan rumah, Tapi sengaja di biarkan. Barangkali bagi tuan rumah, kebahagiaan itu ketika kuenya dihabiskan. Apalagi dihari Natal yang penuh berkah dan kasih.
Natal begitu sangat membekas dalam hati, membentuk kenangan yang terus teringat dan terkadang membuat tersenyum ketika mengingat kenangan semasa itu.
Itulah, sebuah kenangan yang tak terlupakan dihari Natal dan tahun baru. Kenangan itu, muncul/terbayangkan dalam benak, ketika mendengar lagu-lagu yang di putar menjelang hari Natal.
Setelah dewasa, saya baru tahu bahwa kenapa perbuatan kami mengambil kue itu di biarkan, malah ketika kami pamit pulang, kami masih diberikan bungkusan yang isinya kue dan minuman.
Ternyata Bagi mereka yang merayakan Natal. Natal menjadi bermakna ketika kasih Yesus dimanifestasikan dalam perbuatan kasih sayang, berbagi dengan sesama mempererat tali persaudaraan dan menyebarkan cinta dan kasih untuk semua.
Namun, Waktu itu bagi kami Natal merupakan hari libur panjang. banyak kue. Kacang, minuman sirup, dan film kartun menghiasi acara televisi.
**
Dimasa itu adalah hari yang paling membahagiakan, Melewati masa kecil kami dengan lingkungan penuh dengan kerukunan, persaudaraan dan toleransi.
Tak terdengar kata kafir-megkafirkan, haram mengucapkan natal dan lain sebagainya. kami tak butuh dan tak peduli tentang itu, dipikiran kami, mereka adalah saudara walupun bukan Se-Agama..
Teringat kata Imam Ali bin Ali Thalib:
Yang bukan saudaramu seiman, adalah saudara dalam kemanusiaan.”
#kitadengkita
Selamat Memasuki Hari Natal dan Tahun Baru
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H