Mengenai pemahaman terhadap isi buku, bagi saya, kita hanyalah penafsiran tulisan dari buku yang kita baca. Subjektif kita sebagai pembaca terlibat di dalam memahami buku yang kita baca.
Begitu pun dengan tingkat pemahaman kita terhadap isi buku, pastilah berbeda-beda. Sehingga kita tak bisa mengklaim bahwa, saya yang lebih mengetahui sedangkan yang lain tidak.Â
Di era post-truth ini, semestinya nya yang kita kampanyekan adalah pengembangan literasi. Bukan malah saling "beranggapan". Apalagi kita tahu bersama bahwa tidak semua dari masyarakat kita suka membaca.
Dengan adanya challenge tersebut setidaknya kita bisa mengenalkan buku-buku bacaan ke teman-teman FB kita. Bahwa, di FB bukan hanya ajang curhat atau posting foto-foto selfi, tapi ada juga buku-buku menarik yang bisa di baca.
Dengan demikian, menurut saya memiliki buku bacaan itu penting, walaupun mungkin hanya membeli sebagai koleksi atau sekedar pajangan di rumah.Â
Sebab, suatu waktu buku itu akan menemukan pembacanya, mungkin anak-anak kita nanti, saudara atau teman. Pada akhirnya tanpa kita sadari kita adalah bagian dari pengembangan literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H