Lebih dari delapan bulan lalu, saya selalu dilanda ngantuk berat setelah beberapa saat melewati makan siang, terlebih lagi jika saya "makannya nambah" karena menu yang enak, badan sedang sehat plus kantong juga sedang ketat. Namun secara keseluruhan rasa ngantuk ini selalu hinggap dan menggelayut pada kedua bulu mata saya sehingga tak tahan untuk memejamkan mata barang beberapa menit. Pada saat libur, mungkin bisa sampai satu atau satu setengah jam tetapi bila sedang bekerja, rasa kantuk ini akan saya tahan sekuat tenaga. Terkadang, jika sudah tidak tahan, saya akan melipat tangan saya di atas meja kemudian menelungkupkan wajah saya di atasnya, dan sssst....hilang ingatan untuk beberapa saat hingga akan terbangunoleh riuh rendah suara disekitar saya. Untungnya maksimal terlelap hanya lima menit, kalau kebablasan bisa berabe, hehehe.
Hingga pada suatu ketika saya kedatangan seorang tamu ke rumah saya. Ia adalah seorang herbalist/terapist yang pada hari itu baru saja menyelesaikan pelatihan di sebuah tempat di Bandung. Dengan diantar saudara ia mau menginap di rumah saya. Pada saat makan malam, kami makan bersama. Pada saat itu ada sesuatu yang saya merasa tertarik untuk ditanyakan padanya. Tamu saya tersebut tidak minum banyak setelah makan. Ia hanya meminum kurang lebih seperempat gelas. Begitu pula dengan kuah sayur yang disuguhkan, ia hanya menuang secukupnya, mungkin termasuk sedikit.
Awalnya saya berfikir kemungkinan masakan istri saya tidak cocok (bukan tidak enak, karena menurut saya sangat enak). "Pak, tambah lagi , silakan, jangan sungkan-sungkan" Saya menawarkan. Dari  caranya makan memang tidak terlihat tanda-tanda bahwa ia sungkan. Kemudian di akhir saya bertanya, "Pak kenapa minumnya sedikit?, ada yang kurang pas ya?" Tamu saya hanya senyum menggeleng menggeser kursi menghadap kepada saya. Kemudian ia menjelaskan bahwa lambung kita akan bekerja berat setelah makan ini. Oleh karena itu ia butuh keseimbangan makanan, air, dan udara. Jadi, terlalu banyak dari salah satu akan mengakibatkan ketidakseimbangan. Ketika kurang atau lebih udara akan berakibat lambung perih melilit, di Bandung, masyarakat menyebutnya kalikiben/talikiben. Begitu pun dengan kekurangan atau kelebihan makanan dan air, lambung sakit, pernafasan terganggu. Ketiganya pun akan mengakibatkan rasa lemah, lemes dan ngantuk. Ketidakseimbangan ini membuat seluruh organ pencernaan bekerja ekstra keras. Pada situasi berlebih atau sangat kurang mereka akan bekerja tidak sesuai porsina dan mengalami kelelahan.
Pada saat makan siang, satu hal yang paling sering terjadi adalah mengkonsumsi air  terlalu banyak setelah makan, khususnya minum, apalagi jika menu yang kita makan mengandung kuah ditambah gurih juga pedas,berarti kita akan memasukan air lebih banyak kedalam lambung kita.
Sejak itu, saya mencoba minum agak banyak satu jam (1 jam) sebelum dan sesudah makan siang. Pada saat makan siang saya akan memakan makanan dengan kuah secukupnya. Demikan pula dengan minum, saya lakukan hanya meminum seperempat gelas saja. AJAIB! rasa kantuk itu entah pergi kemana? dia tidak hinggap dan bergelayutan di kedua mata saya. Saya merasa semangat dan berenergi meski tidak meminum "energy drink". Hal ini pun dapat kita lakukan saat mampir di rest area untuk makan siang. Ingat, TAHAN MINUM ANDA!!!. Perjalanan pun lancar tanpa rasa ngantuk!!!
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H