Mohon tunggu...
Ade Bachtiar
Ade Bachtiar Mohon Tunggu... profesional -

Lakukanlah satu kebaikan sekecil apapun meski besok akan kiamat!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

“Disorientasi Pendidikan Sejarah di Sekolah”

12 Februari 2014   14:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:54 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kata “Penjajah” dalam benak kita tentunya akan selalu terhubung dengan beberapa Negara yang pernah menguasai Indonesia dalam kurun waktu tertentu. Mereka adalah Belanda, Jepang, Inggris, dan Portugis. Namun biasanya yang paling lebih banyak diingat adalah dua Negara;  yakni Belanda yang sudah menduduki Indonesia selama kurang lebih tiga setengah abad dan satu lagi adalah Jepang; Negara yang hanya menduduki Indonesia sekitar tiga setengah tahun namun membawa dampak yang luar biasa terhadap keadaan kehidupan bangsa Indonesia pada saat itu, baik itu musnahnya harta kekayaan Negara maupun jiwa rakyat Indonesia.

Sebagai bangsa yang menghargai sejarah dan menjunjung tinggi semangat kepahlawanan, pemerintah Indonesia memasukan pendidikan sejarah kedalam kurikulum Nasional yang tertuang dalam kelompok mata pelajaran IPS. Namun demikian, Jika kita mau jujur, tidak sedikit bangsa Indonesia dari mulai anak-anak hingga dewasa bila ditanya tentang Belanda dan Jepang terkait dengan sejarah masa lalu, bukan sikap kepahlawanan yang tumbuh melainkan sebuah sikap kebencian terhadap bangsa lain yang tertanam dari generasi ke generasi. Mengapa demikian? Inilah yang harus dievaluasi.

Belajar sejarah berarti kita bernostalgia ke masa lalu untuk mengenang apa yang terjadi dan apa yang  melatarbelakangi sebuah peristiwa untuk dijadikan cermin bagi kemajuan di masa depan bagi kehidupan yang lebih baik. Belajar sejarah memiliki misi membenci “penjajahan”; dengan tidak memberikan toleransi sedikit pun atas sebuah penjajahan di muka bumi sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan  bukan membenci negaranya. Karena dalam sebuah Negara keputusan yang dilakukan tidak mutlak oleh dan mewakili sebuah Negara itu, bisa jadi hanya oleh segelintir para politisi yang memiliki otoritas di Negara tersebut. Dulu, ketika Kekaisaran Jepang yang kuat, jujur dan adil melakukan penyerbuan ke China menjadi jatuh terpuruk dan porak poranda karena keserakahan sebagian pemimpinnya karena mengambil keputusan menyerbu China. Pada sisi lain, tidak sedikit warga Negara yang sedang bertikai justru membina hubungan yang sangat erat baik yang bersifat individual maupun  organisasi global seperti organisasi sosial dan kemanusiaan.

Cukuplah bahwa Negara kita pernah berperang dengan Belanda atau Jepang yang dipastikan semua Negara yang bertikai sama-sama merasakan kerugian yang sama. Kalah jadi arang menang jadi abu. Semua Negara pasti menyatakan bahwa masing-masing adalah pihak yang memenangkan peperangan. Begitu pun dengan sebuah kemerdekaan, pada akhirnya bukan semata-mata karena hasil dari peperangan melainkan hasil perjuangan seluruh gerakan dari kedua belah pihak yang menginginkan sebuah perdamaian dan kehidupan lebih baik dan beradab.

Dengan demikian, sudah saatnya kita melalui informasi dan pendidikan mengorientasikan pendidikan sejarah bagi generasi bangsa Indonesia selanjutnya adalah bagaimana mereka harus menjadi bangsa yang kuat, beradab, memiliki integritas dan mampu membina hubungan dengan semua Negara di dunia bagi kemakmuran dan kejayaan bangsa Indonesia dengan mengedepankan semangat kerjasama yang elegan dan terhormat tanpa mengorbankan harga diri bangsa.

Kemudian, sisi lain yang terlepas dari perhatian adalah nilai manfaat dari sebuah pendidikan dan pengajaran sejarah akan semakin terasa dan diminati oleh para siswa. Mereka tidak hanya mendapatkan informasi yang berulang dan membosankan, dimana pada era globalisasi ini para siswa masih terus diajak berbicara mengenai peristiwa-peristiwa yang sudah lama terlewatkan tanpa mereka mendapatkan makna yang mendasar serta langkah apa yang harus para siswa lakukan selain hanya akan diujikan dalam sebuah ulangan. Adakah siswa diajak untuk tahu bagaimana menghadapi pasar bebas yang melibatkan banyak Negara sementara di kepala mereka hanya terisi materi Agresi Militer Belanda kesatu dan sebagainya.

Semoga memberikan inspirasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun