Mohon tunggu...
Ade Athiyatul
Ade Athiyatul Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integrasi Ilmu pengetahuan dan Nilai-nilai Agama dalam Pembelajaran Pendidikan Islam

17 Desember 2024   12:24 Diperbarui: 17 Desember 2024   12:24 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Ilmu dan manusia merupakan suatu yang sangat erat kaitannya. Sejak awal keberadaan manusia, manusia pertama telah diajarkan oleh Tuhan tentang berbagai ilmu. Perkembangan terjadi setelah abad ke-17 M., yang masuk dalam pengertian science hanyalah pengetahuan yang teratur saja, yaitu pengetahuan yang sistematik. Pemaknaan tersebut menjadikan istilah pengetahuan menjadi lebih sempit karena harus terukur dengan baik. Sebagaimana Cakupan pengertian kedua ini kemudian melahirkan cakupan ketiga yakni sebagai ilmu kealaman saja. Pengertian tersebut sampai sekarang masih ada yang mempertahankannya. Menilik pada istilah tersebut, maka fase awal pengertian ilmu pengetahuan hanyalah pengetahuan semata-mata mengenai apa saja di sekelilingnya yang dapat membuat manusia hidup dengan baik, seperti bagaimana merespon terjadinya hujan, bencana banjir dan sebagainya.

      Masa awal merupakan masa awal peradaban manusia yang umumnya banyak dimulai dari bagaimana mereka berinteraksi dengan keadaan di sekitarnya guna dapat hidup. Manusia memandang sesuatu sebagai sebuah mitos. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masih dalam rentang waktu awal ini, pemikiran yang ada lebih banyak spekulatif.

    Perjalanan lain yang tak kalah pentingnya adalah di kawasan Yunani yang menjadi magnum opus perkembangan pemikiran ilmiah di Barat sampai saat ini. Akar-akar pemikiran di Yunani terus dikembangkan dalam berbagai bentuk pemikirannya yang terfokus pada pemikiran Plato dan Aristoteles.  Tidak hanya hal itu saja, pemikiran kedua tokoh tersebut banyak mempengaruhi tokoh lain dalam perkembangan pemikiran dalam Islam.

     Dalam relevansinya didalam suatu negara mengenai pemahaman pada pengetahuan untuk merespon suatu keadaan tertentu, perlu adanya kepercayaaan terhadap  agama, seperti yang kita ketahui di Indonesia mayoritas wargnya banyak menganut agama islam. Sehingga perlakuan rata-rata masyarakatnya sangat berpacu pada nilai-nilai dan hokum ajaran agama islam.

     Seperti dalam keseharian, Orang tua sebagai sosok pendidian pertama bagi anak maka dari itu mereka seharusnya mengingatkan dan mengarahkan anak pada penyikapan yang sebenarnya ketika berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Upaya ini dilakukan untuk menjadi suatu pembiasaan baik anak dalam menyikapi tingkah laku keberagaman orang-orang disekitarnya. Nilai-nilai tersebut menjadi aturan hukum (syari 'at) yang wajib dijalankan oleh setiap muslim sebagai bentuk ketundukkannya kepada Sang Khalik. Bagi seorang muslim, hukum Tuhan harus dijalankan, oleh dirinya clan sebisa mungkin oleh yang lain.

       Karena Syari'at islam itu menerapkan suatu aturan yang bersifat rabbaniyah, maka seorang muslim tidak boleh memilih dan menerapkan hukum-hukum atau aturan-aturan lain, baik ia sebagai rakyat atau penguasa. Oleh karena itu, hak asasi manusia, kebebasan, pemerintahan berdasarkan hukum, clan prosedur demokrasi, betapapun pentingnya, dianggap nomor dua. Ini berarti bahwa hukum yang diciptakan oleh Tuhan bersifat absolut mengikat kehidupan manusia.

   Dari tahun ke tahun ilmu pengetahuan terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dari tahapan yang paling mitis, pemikiran manusia terus berkembang hingga sampai pada pemikiran yang supra rasional. Bagi orang Islam, pengetahuan bukan merupakan tindakan atau pikiran yang terpencil dan abstrak, melainkan merupakan bagian yang paling dasar dari kemaujudan dan pandangan dunianya (world-view). Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika ilmu memiliki arti yang demikian penting bagi kaum muslimin pada masa awalnya, sehingga tidak terhitung banyaknya pemikir Islam yang larut dalam upaya mengungkap konsep ini. Jika umat Islam tidak ingin tertinggal maju dengan dunia Barat, maka sudah saatnya untuk menghidupkan kembali (revitalisasi) warisan intelektual Islam yang selama ini terabaikan.

    Gerakan intelektual dan institusi pendidikan Islam di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan kaya, gerakan intelektual telah menjadi bagian penting dari kehidupan umat Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW hingga sekarang sebagai wujud nyata mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan manusia. Para intelektual telah bertanggung jawab untuk menyebarkan dan mempertahankan ajaran agama Islam dengan berbagai cara. Institusi pendidikan Islam yang berkembang sejak zaman pra-modern hingga modern telah menyediakan wawasan dan pemahaman yang senantiasa relevan tentang ajaran Islam yang beragam mulai dari teologi, ekonomi, hukum, filsafat, tafsir, dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwasanya integritas ilmu pengetahuan sangat melekat pada nilai-nilai agama sebagai bentuk pembelajaran bagi generasi-generasi penerus bangsa saat ini.

      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun