Mohon tunggu...
Adeana Ayusta
Adeana Ayusta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi | Remote Worker

Berproses

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Fenomena Campuran Bahasa Indonesia dan Korea

17 Februari 2022   19:31 Diperbarui: 17 Februari 2022   19:43 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sintagmatik berkaitan dengan kata-kata atau elemen bahasa yang berbeda dan digabungkan untuk membuat struktur bahasa. Berdasarkan percakapan di atas dapat kita ketahui kalimat tersebut memiliki makna atau arti. Percakapan diatas banyak dibubuhkan oleh bahasa korea serta kata-kata yang dipilih dalam percakapan tersebut memiliki dialek tersendiri dalam proses pengucapannya. 

Secara paradigmatik seseorang dapat dinilai gaul dari seberapa banyak padanan kata dan kerumitan kalimat yang digunakan. Karena semakin banyak penggabungan diksi bahasa korea ini memungkinkan adanya penilaian tersendiri, entah itu merujuk pada suatu kebanggaan atau pada nilai gengsi (perasaan). 

Dalam pandangan linguistik, code mixing merupakan kesalahan dalam berbahasa. Karena memasukan bahasa lain ke dalam bahasa yang digunakan dapat merusak kaidah bahasa tersebut. Jadi, akan lebih baik jika kita tidak mencampurkan dua bahasa atau lebih dalam setiap ujaran. Gunakan bahasa Indonesia tanpa menyisipkan bahasa lain, atau gunakan bahasa Korea tanpa menyisipkan bahasa apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun