Mohon tunggu...
Ade Vincent
Ade Vincent Mohon Tunggu... Administrasi - Teaching ESP

Teaching ESP for teachers and ESL for undergraduate students

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memandang Langit dan Berjalan bersama Panggilan Para Murid (Tahbisan Imam 29 Juni 2020)

29 Juni 2020   20:06 Diperbarui: 29 Juni 2020   20:10 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sore yang cerah dan istimewa saat jari jemari ini berdetak-detak menyentuh huruf-huruf keyboard.
Cerah sebab tanpa halangan apapun kutuliskan rangkaian kata ini dan tanpa hambatan apapun tahbisan para murid berjalan dalam karya Ekaristi agung.
Istimewa sebab biasa nya sore seperti ini saya masih berkeringat mengurus rumah kali ini bisa mengikuti tahbisan walau hanya dari jauh dan misa terasa istimewa pula karena yang ditahbiskan adalah orang-orang yang saya dampingi baik dalam tatap muka maupun dalam pikiran dan doaku.

Perjumpaan awal

Sebuah peristiwa yang tak pernah terbersit dan terencana bertemu dengan angkatan tahbisan ini di kelas IV, di seminari nun jauh di pelosok yang sepi, jauh dari keramaian Surabaya. Angkatan Aloysius Gonzaga begitu nama itu mereka pilih, menjadi perjumpaan awal kami sekaligus akhir dalam pembinaan selama 1 tahun di tempat itu. Angkatan ini pula yang membuat saya mengerti bagaimana kegiatan-kegiatan hidup sehari-hari seorang calon pastor. 

Cara hidup mereka menginspirasi saya untuk banyak membaca buku-buku rohani, mendoakan doa-doa khusus, mengenal doa-doa Katolik dalam bahasa Inggris dan Latin, belajar menghamba dan menerima segala tugas dalam keikhlasan dan permenungan akan perjalanan hidup panggilanku sampai nantinya bertemu daku dengan Allah Tuhanku.

Sejumput waktu bersama

Perjumpaan singkat ini banyak menghadirkan dinamika dan kesan-kesan dalam hidupku bersama mereka, sangat membekas dalam hati saya. Kebaikan, ketulusan, kecerdasan, keteladanan sebagai seminaris kelas tertinggi saat itu, kelemahan dan kenakalan yang membuat tertawa, terharu, sedih, membuat rambut jadi putih, membawa waktu berhembus hingga perpisahan di jalan hidup masing-masing.

Keunggulan amgkatan ini yang sampai saat ini masih saya usahakan untuk angkatan-angkatan berikutnya adalah kemampuan mejadi leader bagi orang lain, terutama bagi hidup bermasyarakat yang tampak dalam mendampingi adik-adik kelas nya dan hidup berpastoral di stasi-stasi meskipun mereka masih sangat hijau. 

Dari sekian banyak seminaris (calon pastor) angkatan ini, hanya 3 akhirnya yang ditahbiskan menjadi imam. Seandainya para pengajar boleh hadir dalam misa tahbisan ini mungkin meleleh air mata mereka mengingat memori-memori ini.

Kebiasaaan menulis jurnal hidup yang mungkin sudah terbendel tebal, membentuk mereka menjadi orang-orang hebat selama kurun waktu saya berjumpa kembali dengan mereka. 

Saya mengingat menyemangati mereka untuk banyak menulis, menterjemahkan, memperoleh inspirasi lewat media gerak yang ternyata belum begitu populer di tempat ini, karena itu akan membantu mereka dalam perjalanan kuliah mereka, Suatu saat beberapa murid tulisannya saya kirimkan ke sebuah majalah Katolik terkenal di negeri ini, kok mahal ya ongkosnya sekali kirim, namun kalau ditelateni (bahasa Jawa) lama-lama membuahkan hasil. 

beberapa tulisan termuat. juga seorang murid yang saat ini ditahbiskan bisa menjadi kontributor tetap majalah bulanan Katolik di Surabaya. Dan saat mereka melangkah ke jenjang berikutnya saya tidak tahu apakah pengalaman menulis ini berguna atau tidak, setidaknya saya bisa memberi sedikit warna perjalanan menimba ilmu mereka. 

Menyelesaikan pertandingan

Setiap malam mata ini memandang langit, tampak di arah kiri, dan selalu pula disana bintang-bintang salib itu terletak di ufuk

selatan laut. Mereka disebut sebagai konstelasi ACrux atau dalam bahasa latin bernama Alpha Crucis, berjarak 321 tahun cahaya dari matahari. Dengan mata telanjang tampak seperti sebuah bintang namun sesungguhnya kumpulan dari berbagai bintang. Saat bintang-bintang lain terlihat berubah posisi setiap harinya, gugusan Acrux tetap disana seolah menerangi iman manusia di bumi ini. 

Bintang-bintang Acrux dan para Neomis (mereka yang baru ditahbiskan) bersama-sama menjalani panggilan Tuhan dan semoga keteguhan iman ini, menjadi contoh dan mencengkram kuat nadi kita yang pada akhir perjalanan kita masing-masing terutama di saat-saat terlemah kita, kembali melihat langit dan memandang bintang Salib itu untuk sekedar menguatkan langkah-langkah kaki ini menyelesaikan tugas di dunia, hingga kita bisa berkata-kata seperti Santo Paulus, "Aku telah menyelesaikan pertandingan dan mempertahankan imanku".

Proficiat bagi para imam baru, !!!!!    
Pertandingan baru dan rintangannya akan menghadang bagimu dalam penyelesaian itu.


Tulisan ini saya goreskan untuk mengingat perjumpaanku dengan kalian dan untuk menginspirasi teman-teman mengajar saya dimana saja kalian berada untuk terus mengajar para murid hingga mereka menjadi orang- orang yang bisa anda ucapkan kepadanya , "proficiat", yakni kegembiraan sesungguhnya dalam hati bagi kita para pengajar.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun