Sesal...
Maaf aku sedikit menyesal dengan semua ini, benar apa yang dikatakan banyak orang, sesal selalu datang terlambat. Sebenernya aku pernah mencoba untuk tidak menyesal, memang benar menyakitkan jika harus mnyesal.
Pertama aku berusaha tahu siapa kasihmu, jawaban itu tak kunjung aku mengerti. Sebatas kiasan dari sebuah bayangan yang samar, aku sempat tidak percaya. Begitu banyak yang selama ini kau miliki, aku sempat berfikir bahwa aku juga sama seperti itu, hanya karena kebaikanmu, keramahanmu, kedekatanmu, aku yang terlalu lebih menganggapmu. Semua itu karena memang aku baru kali ini merasakan kasih sayang dari orang yang dekat denganku.
Selama aku tidak pernah tahu, aku merasa semua baik-baik saja, aku tidak pernah tidak mendengarkan semua cerita tentang kekasih-kekasihmu yang dulu. Lagi-lagi hanya teka-teki cerita laki-laki yang dekatimu. Siapa...?, pacarku! jawabmu.
Hari demi hari akhirnya aku juga tahu, siapa sebenarnya laki-laki “pacarku”. Ternyata hanya itu yang selama ini jadi teka-teki, satu kata nama laki-laki yang aku tidak kenal, tapi aku tahu.
Sesal...
Kenapa harus dia?
Malu terus terang bilang?
Atau itu caramu untuk menyakitiku?
Jepara, 19 September 2006
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H