Mohon tunggu...
Ade Rahman
Ade Rahman Mohon Tunggu... -

Editor Audio

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tak Ada Judul

3 Oktober 2013   13:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:03 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

09.00

Kusam, pedih, remuk dan gaduh rasa hati ini

Hitam tak karuan, sering aku merasakan hal itu

Hilang . . .? aku juga tak tahu

Mungkin . . .! apakah memang itu?

Hapus noda kecil ini, menyakitkan!

Lihat apa yang baru saja terjadi

Tertatih-tatih kata itu keluar dari lubang suara

Bukan Mulut

Bukan Hidung

Bukan pula dubur

Ih . . .jorok . . .!

Getaran bedebah hati yang luka mengeluarkan suara

Ha ha ha . . .

Ini yang baru saja keluar dari mulut

Sakiiit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . !!!

Jepara, 19 September 2006

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

20.50

Teriakkan apa yang ingin aku bungkam

Bahasa yang selama ini aku tidak paham

Biar semua orang disekitarku menatap heran

Aku sudah tidak sabar

Sampai kapan...?

Berisik...!

Diam...!

Kenapa berhenti menggumam?

Aku mulai paham, paham dan paham

Bahasa busuk mencerca mukaku

Tajam sekali suara itu . . .!

Hingga aku tidak lagi bisa merasakan Apa yang seharusnya aku rasa

Mati . . . . ?

Hanya bayangan yang bisa menangakap isyarat itu

Tirukan apa yang baru saja engkau dengar

Jiwaku...!

Aku tenang . . . . . . . . . . . . . . . . . . !

Jepara, 19 September 2006

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

21.10

Pincang tangan ini untuk menggapaimu

Kaki terayun melambai memanggilmu

Sungguh tak kuasa hati ini untuk merasakan pedihmu

Rintih perih bisikan telingaku

Sampai dimana tinggi itu?

Jauhkah dalam ini?

Benarkah kau sampai?

Aku tak menggapai. . .!

Ulurkan jari kakimu

Tanganmu tanggung menarikku

Basahi dulu!

Tetes air suci jatuh dari ujung daguku

Siapa yang jatuh?

Kau hilang dalam ketinggian?

Tunduk sesal dengan raup muka benci

Tapi kejam jika aku lupa semua itu

Inilah cacat hidup ini

Ini, itu dan ini

Jepara, 19 September 2006

Bersambung....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun