Politik adalah keniscayaan, keniscayaan dalam segala taktik dan strategi, keniscayaan dalam segala manuver untuk meraih kemenangan. Dalam praktek berpolitik tak ada kampanye putih dan kampanye hitam, yang ada adalah kampanye hitam dan kampanye abu-abu. Jika anda adalah seorang kandidat yang hendak maju dalam sebuah pilkada baik level kabupaten maupun propinsi, saya sarankan persiapkan dana sebanyak mungkin, bisa melalui hutang, komitmen politik dengan pengusaha, jual aset, atau apapaun, anda bisa gunakan partai atau institusi untuk mengeruk dana kampanye, jika anda politisi sejati, anda pasti sudah paham maksud saya, karena politik adalah bisnis transaksi. Jika anda adalah kandidat yang berhadapan dengan incumbent maka segera kenali lawan anda dan persiapkan strategi kampanye hitam, kenapa harus menggunakan kampanye hitam untuk menghadapi incumbent? karena incumbent sudah secara alamiah dibekali instrumen kampanye hitam untuk menghadang lawan politiknya. Incumbent bisa menggerakkan perangkat dan jalur institusi di bawahnya untuk membuat kampanye terselubung. Incumbent bisa dengan mudah mengeruk uang APBD untuk dialokasikan pada upaya pencitraannya. Incumbent bisa mengendalikan KPU setempat untuk mengubah dan memanipulasi DPT (daftar pemilih tetap). Melihat seperangkat bekal kompetisi incumbent yang demikian besar apakah anda akan bermain “polos-polos” saja? ah…munafik, sebaiknya anda berhenti jadi politisi dan buka warung kopi saja di Gresik, tempat saya tinggal..hehe… Bagaimana langkah awal menggunakan kampanye hitam untuk menghadang incumbent? 1. Jajaki Mesin Partai Pengusung Anda dan Potensinya, perhatikan partai politik yang akan anda manfaatkan dan akan memanfaatkan anda untuk maju dalam pilkada. Carilah partai yang sudah mengakar, menguasai institusi, dan paling penting harus punya dana berlebih. Kesampingkan reputasi partai karena suara bisa di beli, selain itu rakyat sudah tidak percaya dengan partai politik lagi jadi sudah tidak ada lagi partai politik yang “bersih dan peduli”. (tips ini bukan untuk calon independent) 2.Gerakkan Sumber Daya Partai Untuk Mengeruk Dana, gerakkan sumberdaya partai untuk mengeruk dana dengan cara apapun, pada umumnya biasanya partai meminta “mahar” kepada calon kandidat. Besarnya mahar ini bervariasi tergantung berapa besar rekening anda. Jika anda sudah membayar mahar ke partai dan sudah dinyatakan sebagai kandidat partai tersebut, maka segera manfaatkan partai anda untuk mengembalikan biaya mahar. konsultasikan hal ini dengan petinggi partai yang anda percayai, mereka pasti sangat paham bagaimana cara mengeruk dana untuk dialokasikan dalam kampanye. 3. Telusuri Pengusaha atau Orang Penting Yang Pernah Di Sakiti Oleh Incumbent, percayalah bahwa politik lebih banyak melahirkan musuh daripada kawan, maka segera petakan bekas lawan politik incumbent dan bangun koalisi dengannya. Saya sarankan anda memprioritaskan para pengusaha yang pernah disakiti oleh incumbent, adakan kontrak politik dan minta bantuan dana kampanye. Bila koalisi anda punya informasi negatif tentang incumbent, segera verifikasi kebenarannya dan gunakan sebagai senjata. 4. Telusuri Track Record Buruk Incumbent dan Publikasikan, track record buruk ini bisa berupa kebijakan yang keliru, pemborosan anggaran, korupsi, dan segala informasi yang bisa menjatuhkan citra incumbent. Analisis dan kaji dengan berbagai aspek keilmuan, bayarlah beberapa peneliti untuk mengolah data tersebut agar menjadi data valid, ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Setelah data sudah menjadi hasil kajian ilmiah, segera publikasikan melalui berbagai media. Sewalah para ahli kebijakan publik yang sering menjadi pembicara publik untuk menjadi wistle blower. Sewa juga ahli marketing sosial media agar isu yang tersebar bisa menjadi trending topic. 5. Menyewa Lembaga Survey Untuk Membangun Karakter Anda dan Menghancurkan Karakter Lawan, sejak tahun 2000-an lembaga survey tumbuh bak jamur di musim hujan, mereka berupaya menikmati berkah dari kue demokrasi yang demikian menggiurkan. Anda bisa memanfaatkan lembaga survey untuk menggiring opini pemilih maupun menghancurkan citra lawan anda. Percayalah lembaga survey pasti mempunyai instrumen ini, tapi pilihlah yang sudah mempunyai reputasi bagus dalam membangun opini publik. 6. Dekati dan Bergabunglah dengan Pemilik Media Massa, Tren baru dibidang media sekarang adalah konglomerasi dan partisan, anda bisa lihat Metro TV dan TV One yang konsisten menghajar partai Demokrat dan Pemerintahan SBY, mereka banyak memuat berita positif tentang Nasdem dan Aburizal Bakrie. Berafiliasi dengan media akan sangat mudah menghembuskan isu-isu sensitif yang berpotensi merusak citra incumbent. 7. Sewa Detective Untuk Mengorek Kepribadian Buruk dan Masa Lalu Incumbent, Incumbent pasti mempunyai masa lalu yang baik dan yang buruk, untuk bisa menyerang kepribadian incumbent dan menelisik masa lalunya sebaiknya anda menyewa detektif swasta. Selain pribadi calon lawan politik selidiki juga track record keluarganya, karena dalam politik segalanya bisa digunakan sebagai senjata untuk meraih kemenangan. Syukur jika anda bisa memiliki data perbuatan calon anda yang belum diketahui publik misalnya istri simpanan, bekas pecandu narkoba, atau data menguntungkan lainnya. 8. Pasang Mata-Mata di Tim Sukses Lawan, Anda bisa merekrut orang dekat incumbent dengan cara apapun, bisa melalui kontrak politik maupun memberi imbalan uang. Pola operasi intelijen seperti ini sudah umum dilakukan untuk mendapatkan informasi strategi calon lawan agar bisa di antisipasi. Semakin dekat mata-mata anda dengan calon incumbent, potensi keuntungan yang akan anda peroleh sangat besar. Bila perlu mata-mata ini bisa kita gunakan untuk membuat disharmonisasi pada tim sukses lawan dengan membuat perpecahan didalamnya. Mungkin itu adalah tips dasar yang bisa anda gunakan untuk menghadang incumbent, bila anda bekas kandidat yang gagal atau seorang incumbent, mungkin anda akan terpingkal-pingkal membaca tips ini karena terasa kuno. Anda mungkin sudah menerapkannya dalam praktek politik sehari-hari. oleh karena itu saya mohon maaf atas tulisan yang tidak bermutu ini, mungkinseperti yang anda duga…saya masih terlalu polos untuk memahami politik. Gresik, 6 Juni 2012 sumber gambar: www.inilah.com
Apakah Hasil Survey Bisa Dipercaya?
Mengamati Tingkah Laku Pengamat Politik Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H