Mohon tunggu...
ADE SATRIANA
ADE SATRIANA Mohon Tunggu... Guru - Do the best and pray. God will take care of the rest

Tenaga pendidik SLBN 1 Tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Hati

3 Desember 2020   23:02 Diperbarui: 4 Desember 2020   02:10 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini aku tdak berani hubungi Alvin, aku takut bikin curiga  papa, mama atau saudaraku. Pasti Alvin menunggu telephonku, dan sengaja  ponsel ku offkan, Aku takut kalau Alvin tiba-tiba menghubungiku. Malam ini Aku  berusaha bersikap baik di hadapan  papa dan mamaku untuk menutupi kebohonganku sepanjang hari tadi.

Pagi ini aku bantu bibi menyiapkan sarapan pagi untuk papa, mama dan saudara-saudaraku, dan sembil menyantap sarapan pagi kuminta ijin untuk menemani temanku berkeliling ke kota ini, karena malam ini ia akan pulang  dengan penerbangan malam, aku minta ijin untuk sekalian mengantar ke bandara nanti malam. Tanpa rasa curiga mama dan papa mengijinkanku.

Aku sudah sampai di lobby hotel, ku lihat Alvin menungguku dengan muka masam, aku tahu ia  kecewa karena tadi malam aku tidak menepati janjiku untuk menelponnya. " Met pagi abanku..., iiiihhh ....marah ya?" kataku sambil ku pastikan pandangan matanya memandangku." Jelaslah," jawabnya singkat dan ketus. " Maaflah ... aku takut kalau telephon malam-malam entar papaku curiga, dan pagi ini ga bisa ke sini," kataku mohon pengertianya. "Ya udah, sebagai hukumanya temani abang sarapan pagi," ucapnya sambil menarik tanganku menuju restoran hotel. Aku pun mengikutinya sebagai permohonan maaf, walau sebenarnya perutku sudah kenyang dari rumah.

Gila .... dia hidangkan berbagai sarapan pagi di mejaku dan aku harus habiskan. "Aduuuuuhhh ga sanggup abang, udah kenyang ne," rengekku padanya. "Tidak, pokoknya ini harus dihabisin, katanya mau nebus kesalahan," ucapnya dengan nada ga keras. "Tapi semua ini kita makan berdua ya bang," kataku dengan nada merayu. " Siap sayangku," katanya sambil menyuapkan sepotong roti bakar ke mulutku. Aku pun menerima suapan itu dengan senyum bahagia, dunia serasa milik berdua, yang lain kontrak hihihi....

Aku mulai mengunjungi beberapa tempat wisata, ia begitu menikmati setiap objek wisata yang ada, seakan ia lupa kalau malam ini ia harus pulang. Jam sudah menunjuk pukul 15.00 wib," Bang... udah pukul 15.00 wib,  pulang ke hotel yok, entar buru-buru untuk ngemas barang yang mau dibawa pulang lo,"kataku mengingatkannya. Kulihat  beberapa barang  ia beli di setiap objek wisata, sampai dalam hati ku bergumam, gimana nanti packing dan bawanya. ' Bentarlah, abang pingin foto di dangau itu," ucapnya." Sini berdua," katanya sambil menarik pinggangku , hingga ku jatuh dalam pelukannya.'Iiiiihhh.... mulai nakal ya," sambil ku kibaskan tanganya, tapi terlanjur camera sudah membidikku dalam pelukannya "Gapapa dong sayang, kan Cuma peluk dikit aja, gitu aja koq marah sih," katanya sambil  nyentil hidungku. Aku hanya bisa memasang muka cemberut, tanda aku tak suka.

Sambil menggandeng tanganku aku pun menuju mobil travel yang kami sewa. Aku sedikit heran sejak masuk dalam mobil hingga mobil berjalan Alvin terdiam, ia ga mau mengajakku bicara, keceriaan pagi hingga sore tadi di tempat wisata tak terlihat lagi. Pandanganya hanya tertuju  pada pemandangan di luar mobil. Aku mencoba memulai, dengan menyenggol lenganmya, tapi ia tetap tidak memandangku. Aku jadi bingung, ada apa dengan Alvin. Aku sandarkan kepalaku di pundaknya, "Bang...ada apa, koq jadi diam aja?" tanyaku. Alvin memandangku, tangannya mengelus rambutku, "gapapa sayang,' katanya. " kalau gapapa, kenapa diam aja, hemm... aku bikin abang kecewa ya?" tanyaku dengan manja.

Kedua tangannya langsung  memegang wajahku dengan lebut, " tidak ada yang harus membuat abang kecewa, abang seneng koq bisa bertemu dengan mu Adelia sayang, abang Cuma kawatir kalau hubungan kita tidak sampai ke pernikahan, abang ingin serus jalani ini bersamamu sayang, jangan pernah berkata putus atau  meniinggalkan abang ya,' katanya memohon.. ' Iiiis , ngomong apan sih, baru juga ketemu sudah bilang putus, pamali abang," kataku. " Sayang janji ya, kita jalani hubungan ini sampai kita siap untuk menikah, abang akan datang dan melamar Adel," pinta Alvin kepadaku,  aku pun mengangguk.

Mobilpun sudah sampai di pintu masuk hotel, aku dan Alvin segera turun menuju lobby hotel, Alvin menariku untuk ikut ke kamarnya. Aku tepis tangannya,"Adel tunggu di lobby hotel aja abang," kataku. "Jadi ga mau bantu packing ne barang ya?" katanya sambil berlalu menuju lift. Aku pun berlari mengikutinya dari belakang, antara takut dan ga tega menyelubungi hatiku. Akhirnya ku berpikir positif dan tetap waspada , aku ikuti ia ke kamarnya.

Ia pun seakan cuek dengan keberadaanku di kamarnya, ia lansung mandi dan aku mulai membereskan beberapa barang yang ia beli tadi ke dalam travelbag yang iya beli di perjalanan pulang tadi, aku susun satu persatu dengan rapi. Selesai mandi  ia langsung nonton televisi, ia sama sekali tidak memperdulikan aku yang sibuk ngemas. Aku pandangi dia, tapi masih aja ia cuek. Selesai berkemas, aku segera pergi ke kamar mandi.  Badanku terasa segar setelah ku siram seluruh tubuhku dengan air dingin, lelah seharian tadi terasa hilang.

"Bang ... tolong ambilin tas makeup kecilku yang ada di atas kasur itu bang," kataku dari dalam kamar mandi, tak ada jawaban dari luar. Aku segera menyelesaikan  mandiku dan menggunakan pakaian. Sedikit  rasa kesal dalam hati, ku ambil sendiri tas makeup ku, ku  mulai mengulas mukaku dengan bedak dan lipstick tipis bibirku. Ku lihat iya memandangku dari tempat duduknya. Aku diam saja, takut salah nantinya kalau aku bertanya.

"Udah selesai makeupnya?" ucapnya. Aku mengangkat kedua pundaku bersamaan, menandakan mengiyakan dengan ekspresi kesal. "Coba dekat sini," ucapnya. Dengan rasa ragu dan takut aku mendekat, kembali ia memandangku dengan tatapan matanya, ada semburat air  di matanya, ku lihat ada rona sedih terbaca dari sorot matanya. " Ada apa bang?" tanyaku sambil tersenyum ingin menguatkan hatinya. "Abang teringat kejadian masa lalu, abang kawatir  terulang kembali sayang, karena jarak kita berjauhan, apa sayang sanggup menunggu sampai waktunya tiba abang akan melamarmu?" tanyanya memohon. " Kenapa pertanyaan itu lagi itu lagi sih bang?" jawabku. " Ya, karena abang masih trauma dengan kejadian yang dulu," katanya.  Aku pun tersenyum" kalau begitu, cepat aja dilamar, hehehe...," gurauku. "Serius sayang mau di lamar secepatnya?" tanyanya. " Siap komandan," jawabku serius. " Terimakasih sayang, abang akan segera bicarakan ke orang tua ," katanya dengan penuh semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun