Alhamdulillah perjalanan menulis di Blog Kompasiana ini ternyata sudah memasuki usia Batita. Usia Batita seorang bayi sedang pada fase lucu-lucunya dan mengeksplorasi. Menurut beberapa artikel yang membahas masa Batita, kondisi anak yang berusia 2-3 tahun sensori motorik kasar sedang berproses dengan gerakan-gerakan tubuhnya. Saraf dendrit dan neouron sedang aktif bekerja.
Bagaimana perjalanan menulis dari nol hingga bersemi ini di mulai?
Lintasan memori mengingat awal mula terjun sebagai Penulis kembali diputar.Â
Pada saat Pandemi melanda di tahun 2020 semua orang mencari kesibukan untuk mengisi hari-hari karena tetiba harus bekerja dari rumah. Seketika dunia sepertinya terhenti sejenak dengan adanya wabah yang datangnya tiba-tiba tersebut. Ya.. di masa sulit itu banyak orang yang berprofesi dadakan. Salah satu diantaranya adalah Saya.
Sebagai seorang Guru PAUD ketika mulai memakai sistem Daring, praktis kegiatan bekutat dari rumah dan hanya sesekali datang ke sekolah. Kedatangan ke sekolah pun harus dengan protokoler dan pengamanan luar biasa mengikuti prosedur kesehatan yang diterapkan. Pengalaman bak "mandi" air disinfektan di semprot cairan khusus di dalam ruangan pos gardu yang sudah ada semenjak wabah itu muncul, sempat membuat hidung ini bersin-bersin di awal jika ingin datang ke sekolah. Belum lagi harus menggunakan face shield, menyediakan disinfektan, dan segala atribut lainnya demi kesehatan.Â
Ya..ya..ya.. Jika mengingat masa itu tetiba Saya beralih hobi bercocok tanam. Menanam pohon mangga yang kata penjual bibitnya kualitas pohonnya bagus, tak tanggung-tanggung namanya pohon mangga Thailand. Perjalanan menanam pohon mangga Thailand pada akhirnya bersemi dan menghasilkan buah. Sempat merasakan panen raya dari perjuangan menanam pohon mangga dan merasakan manis legit buahnya menjadi sesuatu kesyukuran yang luar biasa.Â
Selalu ada hikmah di balik peristiwa. Begitulah sebuah ungkapan yang memang terbukti kebenarannya.Â
Pada masa Pandemi inilah awal Saya mulai belajar tentang dunia kepenulisan.
Kebiasaan menulis tidak serta merta karena momen Pandemi semata. Jika dingat-ingat orang yang sangat berjasa dan memberikan motivasi untuk menulis adalah sosok yang sangat Saya kagumi. Ayah ku Pahlawan ku. Begitulah kebiasaan menulis sejak kecil disponsori oleh Ayah yang memberikan buku catatan diari. Dari sanalah kebiasaan menulis itu bermula.
Ayah adalah sosok Pahlawan dan Panutan bagi seorang anak Perempuannya. Figurnya yang karismatik, visioner, dan Hot Daddy membuat sosoknya akan tetap ada meski pun raganya sudah tiada lagi. Ayah selalu menemani dan memberikan semangat manakala dibutuhkan. Nasihatnya terus saja terngiang dan menjadi penyemangat jika hati sedang galau. Ayah..Engkau lah Idola ku.
Ketika sebuah tulisan singkat berisi 4-5 halaman yang Saya kirimkan sebagai salah satu syarat lomba "Guru Menulis Tingkat Nasional di tahun 2020" dengan penyelenggaranya adalah Pengurus Besar PGRI mendapat apresiasi, dari sini lah minat menulis kembali muncul.