Matahari mulai bersinar masih malu-malu setelah rinai anugerah dari sang Pencipta membuat genangan di beberapa wilayah sempat viral karena kondisi alam sedang tidak baik-baik saja. Teringat kala itu saya sedang fokus untuk menyelamatkan laptop yang harus masuk ICU sesegera mungkin.Â
Sembari menghibur hati yang rusuh mengingat sore itu semua orang tengah disibukkan untuk persiapan pergantian akhir tahun dan menyambut datangnya tahun baru yang penuh doa-doa pengharapan baik, saya harus memacu motor untuk mengantarkan laptop kesayangan.Â
Dari seberang jembatan kecil, melintas sebuah motor yang pengendaranya sangat familier. Saya membunyikan klakson berharap pengendara yang melintasi jembatan tadi menoleh. Ups! Pengendara itu segera menoleh ke belakang dan akhirnya kami berbicara sembari melambatkan laju motor kami masing-masing.Â
"Mau kemana, Bu?"Â
"Ini mau antar ke UGD!"
"Siapa yang sakit?"
Begitulah manakala asyik bertemu mantan jadi lupa segalanya. Serasa jalanan itu milik kami. Untung saja lalu-lintas saat itu belum begitu ramai karena masih pukul 10 an.Â
Pada akhirnya pertemuan yang singkat dan tak sengaja itu pun usai karena kami harus menyelesaikan urusan kami masing-masing. Perpisahan untuk sementara itu harus berakhir.
Saya masih mampir dahulu ke suatu tempat sebelum mengantarkan ke UGD. Melihat putaran jarum jam di dinding tanpa semut-semut merah yang berbaris karena hujan turun lagi seperti sebuah penantian tak berujung. Lama benar rasanya menanti sesuatu dan ketika nomor antrean disebut, plong!
Selesai urusan pertama, kembali mengarahkan motor menuju UGD. Sesampainya di lokasi pucuk di cinta ulam pun tiba. Begitulah takdir cinta pada akhirnya mempertemukan saya dengan mantan lainnya. Tak terbersit di hati jika akan bertemu dengan mantan, karena biasanya di hari tertentu saja dan itu pun harus janjian terlebih dahulu jauh hari sebelumnya untuk bertemu mantan.Â