Semua orang pada dasarnya memiliki kemampuan untuk menulis. Apakah itu sekadar tulisan di status sosial medianya yang bercerita tentang kabar bahagia, tentang mimpi, tentang kegalauan atau pun kondisi yang sedang tidak baik-baik saja alias baper. Apa pun penyebabnya yang pasti kembali pada laptopnya. Seseorang akan  bak Pujangga manakala ia sedang di mabuk cinta. Segala perasaannya akan ia tumpahkan dalam bentuk tulisan yang indah. Namun sebaliknya, jika orang yang di mabuk cinta itu mengalami patah hati, maka tulisannya pun akan mengalir beriringan dengan deraian butir kristal yang mengalir bak riak sungai membasahi pipinya. Duhh...duuu..duuu..
Ada juga seorang siswa yang menuliskan kisah liburannya sebagai tugas dari sekolah. Dahulu saat masih belajar di bangku Sekolah Dasar seringkali mendapat tugas untuk bercerita tentang liburan atau membuat gambar bebas tema liburan. Tentu saja hal itu tidak menjadi kendala jika memang kita menikmati masa liburan dengan melakukan sebuah perjalanan.Â
Pernahkah terpikir, bagaimana perasaan siswa yang di masa liburan sekolah tetap berada di rumah karena satu dan lain hal? Apakah siswa tersebut masih bisa menuliskan kisah liburan yang tidak ke mana-mana untuk tugas sekolah atau ia menuliskan mimpinya yang terbawa hingga ke alam bawah sadarnya.
Apa pun ceritanya, di mana pun liburannya, dan apakah itu mimpi atau nyata seorang Guru harus peka terhadap semua siswanya. Sebagai Guru harus bersikap bijak dan memberikan penilaian yang objektif atas hasil tulisan para siswanya ojo dibanding-banding ke, yo..
Lalu apakah Guru yang memberikan tugas bercerita dan menuliskan kisah selama liburan pada siswanya juga memiliki kisah-kisah yang bisa dituangkan menjadi sebuah tulisan catatan perjalanan? Pasti akan lebih menarik jika momen liburan ini baik Guru dan siswa membuat karya yang bisa menjadi sebuah buku dengan tema Berlibur. Pasti akan menjadi sebuah mahakarya yang takkan terlupakan.Â
Menulis adalah sebuah kegiatan yang melibatkan rasa, perasaan, kondisi dimana kata-kata yang ditulis akan mengalir menjadi sebuah narasi. Rangkaian kata itu menjadi sebuah kalimat dan dari puluhan kalimat itu pada akhirnya menjadi sebuah tulisan yang bisa terbaca.Â
Masalahnya apakah tulisan yang melibatkan rasa, perasaan dan pemikiran itu akan dibiarkan begitu saja sebagai tulisan pribadi atau catatan diari.  Tulisan yang  dipublikasikan akan bisa menjadi sebuah bacaan bagi orang lain. Tulisan yang dibuat manakala terbaca oleh orang lain kembali pada pembacanya, jika tulisan itu bermakna dan bermanfaat maka menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri sang Penulisnya. Sebaliknya, jika tulisan yang dibuat itu hanya sekadar coretan yang belum mendapatkan apresiasi dari pembaca jangan baper.Â
Ingat..ingat..3M, menulis,..menulis,...menulis..
Suatu hari tulisan mu akan menemukan pembacanya sebagai takdir tulisan.Â
Pengalaman menulis dalam sebuah Komunitas Belajar Menulis Nusantara dengan Om Jay sebagai founder beserta Tim Solidnya sangatlah menjadi sebuah red carpet bagi diri ini yang masih sedang berusaha belajar menjadi seorang Penulis. Melalui KBMN dan sebagai anggota BM 27 aku intens belajar tentang kepenulisan.Â