Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Pion yang Meronta

24 Agustus 2021   11:01 Diperbarui: 24 Agustus 2021   11:23 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Janganlah kalian mengira bahwa aku ini orang hebat dengan segala kecerdasan yang menempel pada akal budiku. Kalian juga tak perlu takjub dengan apa yang kuperbuat, sehingga memiliki kedudukan sosial tinggi di kalangan masyarakata sekitar. Tidak... Tidak demikian sahabat...

Ketahuilah bahwa aku adalah makhluk biasa dengan segala kelemahan yang kumiliki, entah kelemahan jasmani maupun kelemahan rohani. Akan kuberi tahu bahwa aku ini bukanlah siapa-siapa, aku hanyalah sebuah pion yang bergerak ke depan atas titah sang raja.

Tanpanya, aku tak akan leluasa bergerak, diam bagaikan patung-patung hiasan istana. Aku juga tidak berdaya melawan semua hal diluar kehendak sang raja. Aku tak seperti yang kalian kira. Dapat terbang bebas layaknya seekor burung gereja mencari sebutir nasi di sawah milik para petani.

Jiwaku terpasung oleh orang lain yang belum tentu sesuai dengan kehendak diriku. Aku... Tak ingin menjadi makhluk seperti ini, aku ingin seperti kalian. Bebas berbuat, bebas berkehendak tanpa harus menunggu titah sang raja.

Jauh dari lubuk hati yang terdalam, aku ingin membangkang, aku juga ingin melepas seribu belenggu di tubuhku, kemudian mencabik-mencabiknya tanpa ada sisa sedikit pun. Sayang, itu hanyalah angan-angan yang tidak akan menjadi kenyataan. Seberapa kuat aku meronta, hasilnya akan tetap sama, berujung pada kesia-siaan.

Kekuatanku tak akan bisa melampaui halang rintang dalam jangka waktu yang lama. Mungkin, sudah menjadi nasib bahwa aku tak bisa hidup sebebas kalian dan akan berakhir pada kepasrahan tanpa batas, sampai ajal datang menjemput.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun