Beruntung, kini aku telah sadar. Jika tidak, maka aku akan menyesal seumur hidup. Tak bisa merenungi firman-firman-Nya yang suci.
Kututup Al Qur'an itu dan kubawa ke meja pustakawan untuk kupinjam. Di rumah, aku tak sekadar membaca dan mempelajarinya, namun akan kubenahi halaman demi halaman yang sobek, sebagai bentuk kecintaanku karena telah melupakannya sepanjang hidup.
"Duhai Al Qur'an sobek, aku tak akan lagi menyia-nyiakanmu. Seluruh tarikan napasku akan selalu menyertaimu dalam gundah dan bahagia. Semoga aku dan kamu bisa terus bersama, tanpa ada pihak-pihak lain yang akan memisahkan kita berdua."
Aku melangkahkan kaki menuju rumah. Seringai wajah ceriaku tak bisa kuungkap dengan kata-kata. Aku akan memulai lembaran hidup baru bersama sebuah kitab suci indah yang isinya merupakan pedoman hidup bagi manusia. Tak hanya itu, ia adalah sumber ilmu yang akan dan terus memancarkan sinar-sinar pengetahuan bagi manusia. Ya, kitab itu adalah Al Qur'an.