Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ingatan Masa Kecilku

1 Maret 2019   18:22 Diperbarui: 1 Maret 2019   18:35 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
istanbuldaycruises.com

Pesona keindahan Istanbul selalu memberikan nuansa yang berbeda bagi para penikmat pemandangan. Sudah setahun lamanya, aku tinggal disini untuk melanjutkan kuliah pasca sarjanaku bersama teman-teman dari Indonesia. Disini, kita bersama-sama belajar. Kelak ketika kembali ke kampung halaman, kita bisa mengibarkan bendera merah putih dengan cara masing-masing.

Jujur, tak pernah sebersit pun terfikir bisa hadir disini. Menimba ilmu dari para ilmuwan, cendikiawan, dan orang-orang terpelajar dari negeri yang pernah dipimpin oleh Sultan Mehmed II. Sejarah menjadi saksi bahwa negeri ini pernah melahirkan tokoh-tokoh yang berpengaruh di dunia seperti Jalaludin Rumi, Badi'uzzaman Said Nursi, Fethullah Ghulen, dan masih banyak lagi orang-orang hebat lain.

Aku terduduk mengamati lalu lalang orang yang berjalan di pusat kota. Orang-orang disini sangat gemar bekerja. Tak banyak cakap, namun berusaha memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar bisa menghasilkan sesesuatu yang bermanfaat minimal untuk diri sendiri. Tak heran jika kebanyakan orang-orang disini bisa bekerja lebih dari 8 jam sehari.

Waktu terasa begitu cepat berlalu. Membuatku terbang sejenak mengenang masa lalu di Istanbul ini.

*****

Sejak kecil aku dibesarkan oleh kedua orang tuaku yang berprofesi sebagai buruh tani. Mereka berangkat ke sawah saat mentari mulai menampakkan sinar kuningnya, dan baru pulang menjelang petang, tepat sebelum azan maghrib berkumandang. Sebagai buruh tani, pendapatan mereka sangat minim. Untuk menambah penghasilan, biasanya ibu membuat aneka jajanan pasar seperti lapis legit, klepon, onde-onde, lemper, dan lain-lain untuk dititipkan di warung-warung sekolah, serta warung-warung makan yang dekat dengan rumahku.

Setiap hari aku dibangunkan oleh orang tuaku pukul 03.00 pagi. Di waktu yang begitu syahdu, kami bertiga berusaha untuk memanjatkan doa kepada Sang Rabb semesta alam. Berharap dapat terus bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan, serta berharap diberi kekuatan agar senantiasa bersabar terhadap guratan taqdirdari-Nya. Setelah itu, aku membantu ibu membuat jajanan pasar hingga subuh dan membantu beliau lagi ketika usai melaksanakan ibadah shalat subuh. Aku baru berhenti membantu ibu, ketika jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Meski kehidupan kami begitu sulit, kami tidak pernah menyerah untuk terus bekerja demi memperjuangkan kehidupan yang lebih baik. Aku pun begitu semangat bersekolah. Setiap malam aku belajar mengulang kembali pelajaran yang sudah disampaikan di sekolah. Tak heran, setiap terima raport nilaiku selalu menjadi yang tertinggi di kelas. Bahkan karena ketekunanku, aku pernah menjuarai lomba-lomba tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan di tingkat nasional dengan bidang yang berbeda-beda.

Bagi kami, pendidikan adalah kunci untuk meraih kesuksesan. Pendidikan juga merupakan langkah awal untuk merubah nasib agar menjadi lebih baik. Bapak pernah berpesan kepadaku:

"Nak, kamu harus belajar sungguh-sungguh biar jadi orang pinter dan sukses. Sekolah yang bener dan serius, jangan kaya bapak dan ibumu ini. Sekolah enggak lulus, enggak punya harta, miskin ilmu pula. Biar bapak sama ibumu saja yang bodoh, kamu jangan." Bapak berhenti sejenak, lalu menyampaikan kembali nasihatnya.

 "Percaya sama bapak, dengan pendidikan, maka kualitas hidup akan terus meningkat menjadi lebih baik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun