Target Pemulihan Cepat Pertumbuhan Perekonomian RI Dengan Dua Tantangan Yaitu Covid-19 & Inflansi Global
 Presiden Joko Widodo menetapkan ekonomi RI pada tahun 2022/2023 dapat tumbuh pesat sebesar 5,3 - 5,9%. Namun inflasi global yang mengancam daya beli dalam dan luar negri yang  berpotensi menghambat perekonomian Pertumbuhan ekonomi, namun dengan adanya dukungan oleh pemulihan dari sisi permintaan seperti konsumsi, investasi, dan ekspor impor,. pemerintah menargetkan pertumbuhan mampu mencapai 6% untuk tahun depan.
 Pemerintah tengah merancang Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2023. Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan ekonomi ditahun 2023  mencapai 5,3 hingga 5,9% secara tahunan. Meski demikian Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan untuk mencapai sasaran tersebut. Salah satu tantangan pertumbuhan ekonomi adalah ketidak pastian mengenai selelainya penanganan penularan Covid-19 dan varian turunannya. Selain itu inflasi global yang berdampak pada naiknya suku bunga bank sentral di beberapa negara berpotensi menghambat ekonomi RI tumbuh.
 Sedangkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan inflasi yang terjadi dibenua Eropa sebesar 7,5%, yang dapat  mendorong kenaikan suku bunga dan pengetatan likuiditas. Begitut adalah negara-negara seperti Argentina, Brasil, Rusia, Turki, hingga Meksiko yang mengalami inflasi. Kemudian, ekspor ditargetkan mencapai 6-7% dibandingkan tahun lalu. Ekspor tersebut akan mengutamakan produk hilirisasi serta memerhatikan permintaan global.
 Indonesia adalah salah satu negara yang bisa memulihkan perekonomian hingga mencapai posisi sebelum Covid-19 hanya dalam lima kuartal. Sementara, banyak negara lain yang belum mencapai pertumbuhan ekonomi sebelum posisi pandemic;. Sedangkan dari sisi produksi, sektor manufaktur, perdagangan, dan konstruksi sudah mencapai posisi sebelum pandemi. Belanja pemerintah akan diutamakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yaitu transformasi kesehatan, kualitas pendidikan, reformasi perlindungan sosial, hingga akselerasi infrastruktur. Selain itu, revitalisasi industri, reformasi birokrasi, dan peningkatan ekonomi hijau akan digenjot dengan pemberian berbagai insentif. Dari sisi permintaan, pemerintah akan mengembalikan pertumbuhan industri pengolahan menjadi di atas pertumbuhan ekonomi, yaitu 5,3 - 5,9%. Sementara pada perdagangan, pemerintah akan mendorong pertumbuhan sektor informasi komunikasi, akomodasi, makanan dan minuman, serta sektor pertanian.
Adapun, sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditargetkan berasal dari sisi pengeluaran. Pemerintah membidik konsumsi dapat tumbuh sekitar 5% dibandingkan tahun lalu, sedangkan investasi meningkat sekitar 6% secara tahunan. Kemudian, ekspor ditargetkan mencapai 6-7% dibandingkan tahun lalu. Ekspor tersebut akan mengutamakan produk hilirisasi serta memerhatikan permintaan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H