‎‎Penggundulan hutan ‎- Deforestasi‎
Laju deforestasi di Indonesia menyusul Brasil, kata studi‎
Indonesia kehilangan 840.000 hektar hutan pada tahun 2012 dibandingkan dengan 460.000 hektar di Brazil, meskipun hutan menjadi seperempat ukuran hutan hujan Amazon‎.‎‎
Ketua Perkumpulan FWI, Togu Manurung, mengungkapkan bahwa dalam kurun 5 tahun terakhir ini, kecepatan hilangnya hutan mengejutkan. "Setiap 1 menit, Hutan Hijau seluas 3x lapangan bola, Musnah!!,"‎
[caption caption="deforestation"][/caption]Hutan Indonesia yang tersisa kini 82 juta hektar. Masing-masing 19,4 juta hektar di Papua, 26,6 juta hektar di Kalimantan, 11,4 juta hektar di Sumatera, 8,9 juta hektar di Sulawesi, 4,3 juta hektar di Maluku, serta 1,1 juta hektar di Bali dan Nusa Tenggara.‎
‎
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkapkan kerusakan hutan di provinsi itu sudah mencapai angka 78 persen. Di mana, laju kerusakan hutan berada di level 1,4 persen atau minimal rusak 60 hektare per tahun. Bahkan, dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, NTB diprediksi tidak akan memiliki hutan.Â
Dalam sepuluh tahun ke depan, sudah tidak ada lagi hutan dengan laju kerusakan 1,4 persen atau setara 60 hektare per tahun. Total kerusakan sudah 78 persen," ujar Direktur Eksekutif Walhi NTB Murdani, Selasa (18/8) dan ‎NTB mencapai 1,67 juta hektare dengan tutupan lahan sebesar 22 persen atau setara dengan 400 ribu hektare.‎‎
Hasil Riset baru baru ini memberitakan, bumi kehilangan 888.000 mil persegi hutan dan memperoleh 309.000 km persegi hutan baru antara tahun 2000 dan 2012, tim peneliti yang dipimpin oleh ilmuwan Matthew Hansen menyatakan bahwa hilangnya hutan bersih setara dengan semua tanah di Alaska.‎
‎
Hutan Indonesia telah sangat banyak hancur berapa banyak hutan hujan primer itu ditebang, menurut mantan kepala pemerintah dari pengumpulan data kehutanan. ‎PBB dan angka resmi pemerintah telah menyatakan bahwa negara dengan bentangan terbesar ketiga hutan tropis setelah Amazon dan Kongo kehilangan 310,00 hektar semua hutannya tahun antara tahun 2000 dan 2005, meningkat menjadi 690.000 hektar per tahun 2006-2010.Â
Tingkat yang tepat dari deforestasi Indonesia telah bervariasi dengan angka yang berbeda dikutip oleh para peneliti dan pemerintah, namun sebuah studi baru, yang mengklaim sebagai yang paling komprehensif belum, menunjukkan bahwa hampir dua kali lebih banyak hutan primer ditebang seperti di Brasil, pemimpin global sejarah .Â
‎
Belinda Arunarwati Margono, pejabat yang mengumpulkan data di Kementerian Kehutanan Indonesia selama 7 tahun dan sekarang diperbantukan di South Dakota universitas, menghitung bahwa hektar ekstra hampir 1m dari hutan primer mungkin telah ditebang dalam 12 tahun terakhir dari tercatat resmi.
‎
Dalam makalah di jurnal Nature Climate Change ‎diterbitkan beberapa waktu lalu, Margano mengatakan kerugian hutan primer mencapai 6.02m hektar antara tahun 2000 dan 2012, meningkat sekitar 47.600 hektar per tahun dari waktu ke waktu ini. Karena perkiraan sebelumnya kehilangan hutan telah memasukkan pembukaan perkebunan pulp dan perkebunan kelapa sawit kerugian nyata dari hutan primer telah sampai sekarang telah dikaburkan. ‎
Pada tahun 2012, ia menghitung, Indonesia kehilangan 840.000 hektar hutan primer, dibandingkan dengan 460.000 hektar di Brazil, meskipun hutan menjadi kira-kira seperempat ukuran Amazon. Ucap, Margano, itu yang paling cepat hilang dibanding negara lain di manapun yang justru terjadi saat kini.‎‎
‎‎Angka-baru yang dikeluarkan signifikan karena 3.Indonesia merupakan produsen terbesar ketiga gas rumah kaca di dunia di belakang 1.Cina dan 2.Amerika Serikat, dengan 85% dari emisi yang berasal dari perusakan hutan dan degradasi. Hutan primer adalah terbesar penyimpanan karbon di atas tanah di dunia.Â
‎Penebangan dan pembakaran hutan untuk membuka lahan untuk budidaya telah membuat Indonesia emitor terbesar ketiga di dunia gas rumah kaca, di belakang Cina dan Amerika Serikat. [8] Kebakaran hutan sering merusak kapasitas tinggi penyerap karbon, termasuk hutan hujan tua-pertumbuhan dan lahan gambut. Pada bulan Mei 2011, Indonesia menyatakan moratorium logging kontrak baru untuk membantu memerangi ini. [9] ini tampaknya tidak efektif dalam jangka pendek, seperti laju deforestasi terus meningkat. Pada 2012 Indonesia telah melampaui laju deforestasi di Brazi‎l
‎Margano mengatakan bahwa perbedaan antara angka tersebut karena masalah teknis dan birokrasi di Indonesia dan informasi yang lebih baik menjadi tersedia. "Pemerintah tidak dapat berbagi data sepenuhnya karena UU. yang tidak transparansi", ucapnya. ‎
‎
Tapi angka yang dipaparkan ini berpotensi memalukan pemerintah karena data ini menunjukkan bahwa ada 2.011 moratorium Pemberian izin baru untuk pembukaan lahan atau penebangan hutan primer dan lahan gambut yang kaya karbon ternyata menjadi kontributor percepatan penggundulan hutan/deforestasi legal.
‎
Margono dan penulis Matthew Hansen mengatakan data baru dari pengamatan dari jauh menunjukkan bahwa kerugian tambahan sebagian besar datang dari penebangan hutan primer di lahan hutan tropis dan di daerah yang dilindungi pemerintah.‎‎
‎Penelitian yang dilakukan ‎WWF telah mengidentifikasi 11 "deforestasi front" di mana 80% dari proyeksi kehilangan hutan global pada tahun 2030 bisa terjadi dan berdampak buruk bagi iklim duniaÂ
Sampai 170 Juta hektar bisa hilang antara 2010 dan 2030 di wilayah ini jika kecenderungan ini terus atau setara hilangnya hutan, "yang membentang dari negara Jerman, Perancis, Spanyol sampai ke negara Portugal".‎
Daerah penggundulan hutan meliputi Amazon, hutan Atlantik dan Gran Chaco, dan Cerrado di Amerika Selatan, yang Choco-Darien di Amerika Tengah, Lembah Kongo, Afrika Timur, Australia timur, Mekong di Asia Tenggara dan 3 ada di Indonesia yakni Kalimantan, Papua/New Guinea dan Sumatera.‎‎
Diketahui, hutan tropis mempunyai dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia, karena pohon merupakan penyumbang oksigen terbesar.
"Hutan tropis adalah paru-paru bumi. Anda memiliki paru-paru untuk bernapas dan jika anda menyingkirkan paru-paru itu, maka bumi akan menderita," ujar Matthew Hansen, salah satu penulis di jurnal tersebut di Universitas Maryland.
Kehilangan 'paru-paru bumi' berdampak pada perubahan iklim yang semakin cepat dirasakan. Sebagai salah satu hutan hujan terbesar di dunia yang ada di Indonesia, negara lain bahkan lebih peduli dan prihatin akan kehilangan hutan di negara ini.
Sebuah negara di Skandinavia yaitu Norwegia berjanji akan memberi dana US$1 miliar untuk memperlambat hilangnya hutan tropis tersebut. Hal ini merupakan bagian dari perjanjian pencegahan perubahan iklim di dunia.
"Kemitraan in merupakan insentif keuangan yang kuat," ucap Gunhild Oland Santos-Nedrelid, juru bicara kementerian lingkungan Norwegia.‎
Ia mengatakan hilangnya hutan2 Indonesia yang meningkat pesat beberapa tahun ke depan memberikan  dampak pada meningginya kekeringan dan kebakaran hutan kadang akibat ulah perluasan perkebunan.‎