Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada SLB-B mengikuti kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dimana Isi kurikulum dari Sekolah Dasar Luar Biasa sedapat mungkin disesuaikan dengan kurikulum Sekolah Dasar dengan memperhatikan keterbatasan kemampuan belajar para siswa yang bersangkutan.
Pada kurikulum SLB-B disusun dan dikembangkan dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan Anak berkebutuhan khusus. Mendidik siswa di sekolah luar biasa tidak sama dengan mendidik siswa di sekolah umum. SLB-B dalam kegiatan belajar mengajar terhadap anak--anak dengan kelainan mendengar dipergunakan bahasa isyarat, bahasa jari, dan lebih ditekankan menggali kemampuan berbicara atau dapat diterapkannya pola total komunikasi.
Selain itu anak-anak tunarungu yang ada di SLB-B juga dapat mengikuti kurikulum merdeka yanga mana mereka di biasakan untuk sharing cerita yang mereka alami sebelum masuk ke pembelajaran inti, karena hal tersebut dapat melatih anak-anak tunarungu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman sekelasnya.
Kebutuhan pembelajaran anak tunarungu secara umum tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Tetapi mereka memerlukan perhatian dalam kegiatan pembelajaran antara lain: tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya. Anak hendaknya ditempatkankan paling depan, sehingga memiliki peluang untuk mudah membaca bibir guru.Â
Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk mendengarkan. Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan kepala anak. Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya yang harus jelas.
Guru SLB merupakan seseorang yang mengabdikan dirinya untuk menjadi pendidik bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yang umumnya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Mereka bisa mengajar siswa yang mengalami tunanetra, tunadaksa, tunarungu, tunagrahita, autis, tunalaras maupun kekhususan lainnya.
Di dalam  SLB-B terdapat berbagai guru dari latar belakang pendidikan yang berbeda-beda selain berlatar belakang PLB. Hal demikian karena dalam mengajar siswa yang berkebutuhan khusus memerlukan multidisiplin ilmu, maksudnya dalam mendidik siswa berkebutuhan khusus memerlukan disiplin ilmu yang berbeda-beda,Â
mulai dari guru kelas hingga guru-guru yang memang berlatar belakang pendidikan dan keahlian tertentu. Sehingga nantinya anak selain berkembang secara akademik juga berkembang dari segi lainnya.
Agar pembelajaran efektif, dalam mengajar anak tunarungu harus menggunakan media yang membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan mudah diterima siswa. Berikut ini adalah media untuk mengajar tunarungu yang cocok dan bisa diterapkan. Yaitu dengan benda nyata, tunarungu mengalami hambatan pada pendengaran sehingga media pembelajaran yang digunakan lebih menekankan ke visual.Â
Nah benda nyata merupakan salah satunya, dimana anak bisa melihat langsung mengenai benda yang dimaksud sambil disajikan nama bendanya melalui tulisan.Â
Media ini bisa digunakan untuk mengajar materi berbagai hal seperti mengenal berbagai benda. Berikutnya ada media gambar, media gambar ini digunakan untuk mengenal materi nama-nama benda dimana digambar tersebut juga disertakan keterangan tulisan nama benda tersebut.Â
Di kelas SDLB media ini sering digunakan misalnya anak berlatih belajar nama-nama hewan, nama-nama buah, dan nama benda lainnya. Selanjutnya ada media video, media video ini bisa menjadi pilihan dalam mengajar anak dengan hambatan pendengaran misalnya saja tentang fenomena alam seperti proses terjadinya hujan, maupuan proses gunung berapi meletus. Dimana tidak mungkin dijelaskan menggunakan metode ceramah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H