Semua mahasiswa jurusan ekonomi tentu familiar dengan teori klasik tentang pertumbuhan jangka panjang yang sangat dipengaruhi oleh faktor produksi yang terdiri dari modal (K) dan tenaga kerja (L) (belakangan faktor teknologi (A) dan pembentukan modal manusia juga dinggap berpengaruh signifikan).Â
Seluruh variabel eksogen tersebut bergerak linier (inverse) dengan variabel endogennya (pertumbuhan ekonomi), Artinya penambahan modal yang tidak diimbangi dengan penambahan manusia tidak akan memberikan manfaat yang sama besarnya apabil penambahan modal tersebut dibarengi dengan penambahan manusia (law of diminishing returns).
Penulis membahas hal tersebut berkaitan dengan dilema yang dihadapi oleh pemerintah saat ini yang galau memilih antara dampak sosial ekonomi atau nyawa manusia (mortality rate seluruh dunia hanya 3% dan hampir 10% di Indonesia) terkait COVID-19.Â
Penulis ingin membangun argumen bahwa bagaimanapun juga manusialah yang harusnya didahulukan. Rebound atas resesi adalah sebuah keniscayaan (kecuali chaos yang tercipta mengakibatkan disintegrasi). Lockdown atau karantina wilayah yang dilakukan paling lama 4 minggu tidak akan mengakibatkan depresi ekonomi.
Oleh karena itu alangkah baiknya pemerintah mulai (atau mudah-mudahan sudah) bergerak cepat dalam melakukan penanganan kesehatan dan penyediaan kebutuhan pokok saat karantina wilayah untuk menghadapi virus corona ini.Â
Lupakan infrastruktur, lupakan ibukota baru, jangan pedulikan penambahan utang, pemerintah harus merealokasi anggaran dan fokus dalam menangani virus ini. Jangan sampai pada saat bonus demografi terjadi, aset berharga kita yakni calon dokter; ilmuan; entrepeneur;atau atlit kita sudah tidak ada.
Ayo Presiden Jokowi, saatnya bertindak! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H