Rasa bersalah merupakan beban terbesar yang ditanggung Ibu bekerja dan saya pernah mengalami rasa itu.
Jingga menekuk wajahnya. Air mata mulai menggenang di pipinya yang bulat. Ini sudah kali kesekian saya terpaksa membatalkan janji yang sudah kami sepakati sejak jauh-jauh hari. Kembali Jingga harus menelan kekecewaan yang dalam karena saya mendadak harus bertugas ke luar kota. Janji menghabiskan akhir pekan dengan menonton sebuah pertunjukan operet anak yang sangat Jingga idamkan akhirnya batal. Padahal, pertunjukan itu belum tentu ada lagi dalam beberapa tahun dan akhir pekan itu merupakan pertunjukan mereka yang terakhir di Indonesia.
Jangan ditanya bagaimana perasaan saya saat harus menyampaikan kabar buruk itu pada Jingga. Saya sampai tidak bisa tidur membayangkan betapa kecewanya putri saya ini. Tapi, mau bagaimana lagi. Saya juga memiliki kewajiban yang tidak boleh saya tinggalkan dengan alasan menemani anak menonton.
Menjadi seorang Ibu yang bekerja di luar rumah memang merupakan dilema. Di satu sisi, ingin mengembangkan potensi diri dan karier, namun kondisi sebagai Ibu sering tidak memungkinkan hal tersebut bisa dilakukan bersamaan.
Don’t Feel Guilty
Menurut Rose Mini Adi Prijanto,M.Psi, hal terpenting dalam keluarga itu adalah bagaimana menjaga komunikasi satu sama lain. Komunikasi antara suami dan istri serta orangtua dan anak.
"Tidak ada masalah bagi seorang Ibu yang terpaksa meninggalkan anak-anaknya karena tuntutan pekerjaan asalkan dia tetap keep in touch dengan sang anak. Jadi, meskipun dia tidak ada di dekat anak tapi anak tetap merasa dekat dengan ibunya. Jadi, semua tergantung pada kualitas kedekatan orangtua dengan anak bukan semata-mata dari tinggi rendahnya frekuensi pertemuan,” ujar psikolog anak yang akrab disapa Bunda Romi ini.
Lebih lanjut, Bunda Romi juga menjelaskan bahwa salah satu dampak positif dari anak yang sering ditinggal ibunya bekerja, biasanya menjadi lebih mandiri.