Mohon tunggu...
Ade Nur Saadah
Ade Nur Saadah Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan Jurnalis Lifestyle

Wife & Mom

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Timbang Rasa Ibu Bekerja

19 Desember 2015   17:48 Diperbarui: 19 Desember 2015   17:48 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa bersalah merupakan  beban terbesar yang ditanggung Ibu bekerja dan saya pernah mengalami rasa itu.  

 

Jingga menekuk wajahnya. Air mata mulai menggenang di pipinya yang bulat. Ini sudah kali kesekian saya terpaksa  membatalkan janji yang sudah kami  sepakati sejak jauh-jauh hari. Kembali Jingga  harus menelan kekecewaan yang dalam karena saya mendadak harus bertugas ke luar kota. Janji menghabiskan akhir pekan dengan menonton sebuah pertunjukan operet anak yang sangat Jingga idamkan akhirnya batal. Padahal, pertunjukan itu belum tentu ada lagi dalam beberapa tahun dan akhir pekan itu merupakan pertunjukan mereka yang terakhir di Indonesia.

Jangan ditanya bagaimana perasaan saya   saat harus menyampaikan kabar buruk itu pada Jingga. Saya sampai tidak bisa tidur membayangkan betapa kecewanya putri saya ini. Tapi, mau bagaimana lagi. Saya juga memiliki kewajiban yang tidak boleh saya tinggalkan dengan alasan menemani anak menonton.

Menjadi seorang Ibu yang bekerja di luar rumah memang merupakan dilema. Di satu sisi, ingin mengembangkan potensi diri dan karier, namun kondisi sebagai Ibu sering tidak memungkinkan hal tersebut bisa dilakukan bersamaan. 

 

Don’t  Feel Guilty

 

Menurut Rose Mini Adi Prijanto,M.Psi, hal terpenting dalam keluarga itu adalah bagaimana menjaga komunikasi satu sama lain. Komunikasi antara suami dan istri serta orangtua dan anak. 

"Tidak ada masalah bagi seorang Ibu yang terpaksa meninggalkan anak-anaknya karena tuntutan pekerjaan asalkan dia tetap keep in touch dengan sang anak. Jadi, meskipun dia tidak ada di dekat anak tapi anak tetap merasa dekat dengan ibunya. Jadi, semua  tergantung pada kualitas kedekatan orangtua dengan anak bukan semata-mata dari tinggi rendahnya frekuensi pertemuan,” ujar psikolog anak yang akrab disapa Bunda Romi ini.

Lebih lanjut,  Bunda Romi juga menjelaskan bahwa salah satu dampak positif dari anak yang sering ditinggal ibunya  bekerja, biasanya menjadi  lebih mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun