Mohon tunggu...
Ade Novit
Ade Novit Mohon Tunggu... -

mahasiswa UIN Maliki Malang Jurusan Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lupa Menjadi Manusia

8 Oktober 2014   18:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:53 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"oh, ustaz iku tho ( sambil menunjuk kearah ustadzku). iya emang, ustadz itu beda dengan yang lain. kalau yang lain masih membawa titel ustadznya di warung, kalo dia engga'. di warung ya di warung, bukan di pondok. orangnya gitu emang", jawabnya. "eh maksudmu ?" tanyaku. " gini loh de, orang kalau sudah dapat titel, kadang-kadang mereka begitu bangga dengan itu. sampai-sampai lupa tempat. g ruh nggon. di warung masih dibawa, di pasar masih dibawa. orang sekarang itu kalau sudah bertitel enggan disamakan sama orang yang punya titel. mentang-mentang jadi pejabat, kemana-mana pake' bodygard. mentang-mentang kiai, tangannya harus diciumi. mereka lupa kalau mereka itu menusia. mereka masih memakai sistem kuno, yang bertitel yang di atas, yang ngga' punya, di bawah saja. lihat tuh ustadzmu, dia copot titel ustadznya, karena memang dia tahu disini bukan tempatnya. ketika di sini, di warung kopi, dia anggap semuanya sama. ngga' ada namanya ustadz, ngga' ada namanya murid yang ada hanya teman ngopi."

"oh gitu ya" jawabku.

"andai saja semua pejabat di negeriku ini semua seperti ustadzku, pasti negeri ini akan lebih hebat dari Kerajaan majapahit, hahahahahahhahahaahahaha .... "guyonku.

suasana ngopi waktu itu begitu syarat akan kehangatan berbagi antar sesama bagiku. bukan karena dia itu menjadi itu, karena saling berbagi cinta antar sesama, sesama manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun