Mohon tunggu...
Ade Novit
Ade Novit Mohon Tunggu... -

mahasiswa UIN Maliki Malang Jurusan Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Surga Itu Bernama Ma'had

5 November 2014   19:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:33 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Malam ini, kamar terasa sangat tidak nyaman untuk bersantai. Kuputuskan sejenak menghirup udara malam di sekitar kampus. Jalan-jalan tak tahu arah, kemanapun ingin, akan kutuju. Dijalanan,aku melihat lalu lalang teman-teman mahasiswa, ada yang berkumpul membuat bundaran kecil, mungkin mereka sedang berdiskusi atau apa. Ada yang sedang terlihat sangat sibuk dengan organisasinya, dan ada juga mereka mereka yang terlihat bersenda gurau menikmati waktu luangnya bersama teman-temannya. Semua terlihat begitu menyenangkan, penuh kehangatan akan sebuah kebersamaan.

Di kampusku, semua maba (mahasiswa baru) mendapatkan sebuah progam khusus di dalam satu tahun pertama mereka. Yaitu dalam satu tahun atau dua semester, semua maba harus berada di dalam ma’had. Progam yang sangat jarang dijumpai di kampus-kampus lain, atau bahkan tidak akan terlihat di kampus manapun. Dan juga sebuah progam dimana ada pro dan kontra di dalamnya. Sebagian mahasiswa menganggap bahwa ma’had sangat membatasi gerak mereka dalam belajar di kampus. Karena terlalu banyak kegiatan yang harus dijalani dalam satu hari penuh. Sebagian lain menganggap bahwa ma’had sangat penting berada di dalam kampus karena dengan adanya ma’had mereka bisa mendapatkan kegiatan yang mereka tidak dapatkan di sekolah mereka.

Hal yang sangat kuherankan, mereka yang kontra dengan adanya ma’had adalah kebanyakan mereka yang justru alumni atau lulusan pesantren ! setelah kucari alasan mengapa mereka tidak setuju dengan adanya ma’had, kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa progam-progam yang ada di dalam ma’had terlalu berlebihan. Dan tidak ada hubungannya sedikitpun dengan kuliah mereka. Suatu alas an yang memang bisa dimaklumi, karena memang mereka pernah hidup di dalam pesantren. Dan bagi mereka yang setuju dengan adanya ma’had, mereka beranggapan bahwa ma’had begitu memberikan nilai positif bagi kehidupan awal mereka di kampus. mereka juga beranggapan bahwa dengan adanya ma’had, mereka bisa belajar tentang nilai agama dalam proses belajar mereka di kampus. yang lebih membuatku sangat heran, mereka yang mengatakan ini adalah mereka yang dulu tak pernah merasakan kehidupan ala pesantren. Sebuah dinamika kehidupan yang unik dan menarik.

Terlepas dari itu semua, bagi saya pribadi, secara tak terasa ma’had memberikan nilai positif untuk kehidupan sosial mahasiswa di kampus ini. Dengan hadirnya ma’had kita bisa saling mengenal dengan banyak mahasiswa yang berbeda jurusan dalam satu tempat. Kita bisa dengan mudah berkumpul dengan mahasiswa baru lainnya. Rasa sosial kita terbentuk dan kehidupan bermasyarakat sangat lekat di ma’had ini. Menjadikan mahasiswa mempunyai rasa sosial tinggi. Mahasiswa yang penuh dengan kehangatan dan keindahan persahabatan.
Malang, 5 November 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun