"Saya tidak bisa pungkiri. Stres membuat saya tidak mood dalam bekerja." Itulah pengakuan seorang sahabat belum lama ini, saat sedang duduk menikmati secangkir kopi disalah satu cafe yang ternama di Makassar.
"Stres kenapa?" tanyaku. Terlintas di pikiranku apa yang bisa saya bantukan.
Saya maklum. Bekerja disalah satu media yang menuntut profesionalisme, yang namanya stres mungkin bukan hal baru. Hadir bagai momok yang menakutkan.
"Tulisan aku banyak yang tidak terbit. Tertunda tiap hari, padahal data yang dibutuhkan sudah lengkap. Mana poin belum capai target," curhatnya disertai gerutu. Menghela napas panjang.
"Stres rasanya. Pun kalau terbit tidak ada yang Head Line. Pasalnya, naskah diutamakan yang kerjasama," cetusnya, lalu kembali menghembusan napas disertai kepulan asap dari mulutnya.
Saya belum menimpali sepatah kata pun dari keluhannya kala itu. Lantas ia pun bilang. "Kalau sakit kepala, apa obatnya? Tapi jangan yang kimiawi," tanyanya.
"Waduh. Apa yah. Sejauh ini saya hanya coba aromaterapi. Apalagi kalau tahu itu hanya sakit kepala ringan," jawabku.
"Maksudnya?" tanyanya kembali.
"Yah, saya cukup cium bau minyak kayu putih aromaterapi."
"Masa sih. Saya ngak percaya," dia pun tertawa menimpali jawabanku. Kemudian, meminta barang yang saya maksud.
Perlahan saya mengeluarkan botol berukuran 60 ml waktu itu dari dalam tas ranselku.