Mohon tunggu...
Suardi Manyipi
Suardi Manyipi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Protektif. Kadang kadang tak rasional

Journalist Membaca dan menulis adalah dua hal yang harus selalu beriringan dan kini lagi semangat2nya belajar SEO di www.masmedia.xyz

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Enam Tahun Lamanya Menahan Gatal (2)

29 Juli 2019   21:27 Diperbarui: 29 Juli 2019   21:38 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BAHAGIA. Suhardi (kiri) sudah bisa berjalan pasca menjalani perawatan di RSUD Syekh Yusuf oleh dr Muji Iswanty. (Foto Dok Pribadi) 

Kini Ia Sudah Bisa Sujud juga Rukuk 

Ucapan syukur tak henti-hentinya melantun dari mulut Suhardi. Mulai dari bertasbih, tahmid, bertakbir, hingga bertahmid.  So, enam tahun lamanya ia terkungkung. Terpenjara dalam rumahnya. Tak bisa berdiri juga berjalan sendiri. Kaki tangannya seakan terkunci. Kaku. Gatal pula.
Tetapi, kini tidak lagi. Ia seakan sudah terbebas dari semua itu. Bahkan, kini ia bisa berdiri tanpa harus dibopong atau dibantu berdiri.  Bahkan, Suhardi sudah bisa sujud juga rukuk. Serta bisa lagi melentikkan jari jemarinya juga memain-mainkan jari kakinya pula. "Ya. Alhamdulillah," ucapnya. 
Kalau berlari? "Bisa pula," jawabnya. "Asal dipaksa," serunya becanda, kala ia dijumpai di rumahnya belum lama ini. 
Yah. Sejak mendekam dalam penderitaan selama enam tahun lamanya itu. Suhardi, tak bisa berbuat layaknya orang pada umumnya. Semua aktivitas nyaris tak bisa lakukannya sendiri. Jangankan merangkak, Apalagi berdiri.
"Ya. Saya hanya bisa beringsut saat itu. Itupun, dipaksa. Tetapi, sudah tidak kali ini, alhamdulillah," ucapnya. 
Kondisi tubuh Suhardi saat ini memang masih kaku. Namun usai dirawat dr. Muji Iswanty, SpKK, di RSUD Syekh Yusuf, kini berlahan kembali normal. 

Suhardi (kiri). Foto Dok Pribadi 
Suhardi (kiri). Foto Dok Pribadi 
Kini tubuh pemuda 21 tahun itu merasa sedikit normal pasca diizinkan pulang dari RSUD Syekh Yusuf pada 24 Maret lalu. Meski diakuinya masih agak kaku. 
"Masih kaku sih. Tetapi, alhamdulillah sudah bisa sedikit leluasa dibandingkan sebelum diobati dokter Muji. Oh. Ia mulai dirawar 7 Maret," ujar warga Kampung Palompong, Dusun Pabbentengan, Bajeng Gowa ini. 
Saat ini, penyakitnya masih dalam proses penyembuhan."Kemarin (Sabtu, 18 Mei) saya sudah kontrol lagi. Alhamdulillah, dilayani dengan baik." 
Dokter Muji pun menerangka penyakit kulit yang menyerang Suardi. Dokter spesialis kulit dan kelamin ini mengatakan penyakit ini bernama "eritroderma et causa dermatitis seboroik" dan salah satu penyebab, diantaranya alergi. 
"Memang gatal dan gatalnya bahkan tak tertahan. Untungnya, segera diketahui," ujarnya. 
Gejala awal, biasanya ada plak eritema. Ciri-cirinya gatal. Tampak berminyak, berwarna kekuningan di daerah yang banyak terdapat di kulit kepala, wajah, dan dada bagian atas, atau bisa seluruh tubuh jika tidak tertangani. 
"Tanda-tanda ini ada pada Suhardi dan ada kecocokan setelah didiagnosa," terangnya. 
Penyakit kulit ini, sambungnya, betul bisa membunuh bila tak ditangani segera. Sebab, Eritroderma atau dermatitis eksfoliativa ini bisa menyerang 90 persen permukaan tubuh. 
"Penyakit ini bersifat primer dan bisa menyebabkan masuknya banyak penyakit yang berbeda," tambahnya.  Penyakit kulit ini juga, memang merupakan penyakit terbanyak yang menyerang orang dewasa dan umumnya menyerang pada area yang memiliki kepadatan kelenjar sebasea yang tinggi. 
"Yah itu tadi, daerah kulit kepala, wajah, dada, pusat, anogenital, dan daerah lipatan tubuh," bebernya. 
Meski begitu, kata dr Muji, penyebab utamanya sebenarnya belum diketahui secara pasti, tetapi dermatosis ini dikaitkan dengan jamur lipofilik komensal genus Malassezia, abnormaitas imunologi, keaktifan kelenjar sebasea, dan suseptibilitas pasien. 
"Yah. Jika ada kelainan kulit apapun memang sebaiknya konsultasikan ke dokter kulit. Jangan malu atau malas. Karena kalau sembarang minum obat bisa semakin fatal. Kulit itu sensitif sekali. Mesti hati-hati merawatnya," tutupnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun