Jika di Sumatera hari raya lebaran identik dengan Rendang, Jawa identik Opor Ayam, Makassar identik Coto, maka di desa ini, Manipi, Kecamatan Sinjai Barat, Sulawesi Selatan, identik dengan Konro Kuda. Jadi bila Anda seorang penghuni bumi dan punya kesempatan berlebaran Idulfitri ataukah sekadar traveling ke salah satu desa yang berada di Kabupaten Sinjai ini, saya berharap, Anda tak mencari daging sapi atau kambing.
Yah, itu karena sebagian besar masyarakat kampung konjo ini, menjadikan Idulfitri atau perayaan lainnya, misal resepsi pernikahan sebagai salah satu momentum pesta makan daging Kuda. Selain Konro, masih ada jenis olahan lain. Pallu Ce'la namanya. Itu diolah dengan cara dimasak dengan air putih dicampur garam, vetsin, dan daun serei, ditambah penyedap lainnya. Olahan ini tak kalah lezatnya, karena bau daging masih ada.Â
Seorang pria warga asli Manipi, Titte (52), menceritakan pengalamannya, yang mengaku turun temurun dalam keluarganya memang suka sekali makan daging kuda. Â Tak hanya dalam silsilah keluarga, sambungnya, kebanyakan masyarakat di Manipi, pun sangat doyan makanan yang dinilai mirip dengan daging Kijang tersebut. Â "Nganreki (Makanki)," ucap Titte, memulai pembicaraan, kala mempersilahkan Penulis mencicipi masakan istrinya disela bersilaturahmi selepas salat Idulfitri di rumahnya, Minggu (25/6/2017).Â
"Anne konro jarang (Ini konro kuda)," katanya kala Penulis iseng bertanya, jenis daging apa yang tuan rumah sajikan.Â
"Ini sepertinya lezat," Gumamku, dalam hati. "Tetapi, adakah daging sapi atau kambing Puang?" tanyaku dengan suara ringkikan kuda terbayang-bayang jelas di kepala.Â
"Hahaha..." Tawa Puang Titte, panjang dengan raut wajah mengembang dengan mata sipit, hingga mencairkan suasana canggung dan lansung menjawab. "Di sini itu, daging kuda nomor satu, ayam kampung nomor dua."Â
Bahkan, kata pria penggila bola ini, jika lebaran Idulfitri tak ada daging kuda di rumah, dirasanya tak lengkap.
Dengan bahasa Konjo Titte menambahkan, "Anjo punna rieng tau' ziarah ribolaia, konro jarang riolo nahoja". (Baca : Kalau ada tamu berziarah kerumah. Konro kuda pertama dicari).Â
"Pasti kodi toh risa'ring, punna tena (Baca : Pasti tidak anak-kan dirasa, kalau tidak ada)," tutupnya, sambil mengedikkan bahu.Â
Hah. Karena tak ada daging lain. Santap saja, Konro Kuda ini. Dan ternyata, lezat memang. Rempahnya, buat rasanya selalu ngiler, jika membayangkannya. Meski sesekali, Seolah-olah ada ringkikan kuda. Hihihi.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H