Apa yang harus kutulis lagi,sehingga dirutku mau mengerti keadaanku yang sedang begini.I'm dying,karena berbagai masalah tagihan yang harus aku bayar.Sudah banyak tulisan tentang keluhanku,permasalahanku yang saya sharekan di intranet perusahaan.Banyak pula tulisan yang saya publish di kompasiana,sekaligus sebagai ajang belajar menulisku.Salah satu tulisanku adalah tulisan yang saya tujukan kepada Bank Indonesia,isi surat meminta waktu pembayaran,respon dari beberapa Bank cukup positif,tapi ada pula dari beberapa Bank yang tetep ngeyel menagih,seolah tidak mengindahkan surat yang saya kirim ke Bank Indonesia,sebagai sentralnya Perbankan di Indonesia.
Apakah dirutku buta,hingga tidak bisa melihat tulisanku.Saya kira,dirutku tidak buta.Tapi,barangkali pura-pura buta,hingga melihat tulisanku ini dengan sebelah mata,alias kiyer atau hanya dengan satu mata saja.Apalagi tahu pangkatku hanya pangkat rendahan di perusahaan ini,pangkat yang paling mumet,semakin saja tidak dipedulikan.Karena pernah, 1 ( satu ) kali saya kirim email langsung ke dirutku ini,tapi didak digubris babarblas.
Apakah dirutku tuli,hingga tidak bisa mendengar suara dan jeritan hatiku,saya kira dirutku tidak tuli.Tapi,barangkali dirutku pura-pura tuli.Sehingga mendengar tulisanku ini,hanya dengan satu telinga saja. Atau,sama sekali tidak mendengar,bahwa ada segelintir karyawan memerlukan pertolongan dengan sangat
Apakah dirutku tak punya hati?jawabanya,tidak.Dirutku punya hati.Tapi,sayang hatinya mati sepertinya,sehingga tidak bisa berbaik hati dengan segelintir karyawan seperti saya ini.
Padahal,dirutku adalah seorang dirut yang sukses memimpin perusahaan ini.Ditengah era kompetisi yang penuh dengan sengit ini,dia berhasil memimpin perusahaan ini,dengan konsep-konsep managemennya,efisiensi di segala unit.Termasuk juga transformasi yang sedang berjalan sekarang ini.Penggantian logo dan pembagian divisi-divisi dengan menelan biaya yang besar.
Berbagai penghargaanpun dirahinya,misal the best ini,the best itu dan the best-the best lainnya.Cuma the best peduli aja yang belum pernah diraihnya.Tapi,penghargaan berbagai the best tsb,rupaya tidak berpengaruh kepada kami,salah satunya saya.Saya sendiri tidak peduli dengan semua itu.Apa arti the best dimata umum,tapi dimata kami biasa saja,tidak ada pengaruhnya sama sekali.Karena,dari berbagai penghargaan the best yang diraihnya tsb,ternyata masih ada segelintir karayawan yang menderita secara ekonomi seperti saya ,tapi tidak bisa berbuat apa-apa.Tuli dan atau pura pura tuli,buta dan atau pura-pura buta,punya hati tapi hatinya mati.Bagi saya,jauh lebih baik the best di mata kami.Atau paling tidak berimbang,antara the best diluar dengan the best di mata kami.Sepertinya, pencitraan saja yang dikedepankan oleh dirutku ini,dengan lebih memilih berbagai penghargaan the best di mata umum.
Begitupun dengan kebijakan mitra binakan,saya sering miris membaca berita ini,misal perusahaan mengucurkan dana bantuan sekian milyar,untuk mitra binakan di suatu daerah.Bagaimana tidak miris membacanya ,satu sisi masih ada karyawan yang perlu dibantu,tapi sisi lain membantu mitra binaan,apa kata dunia atau setidak-tidaknya kata masyarakat,mbantu mitra binaan,tapi ada segelintir dari kami yang masih menderita,ini sama saja palsu.Bukannya saya tidak setuju dengan program bantuan untuk mitra binaan,tapi apa tidak layak juga,segelintir karyawan yang menderita tsb,juga dibantu,sehingga dia memang pantas menyandang predikat sebagai karyawan...,sesuai image yang ada si masyarakat.Karena,saya prihatin sekali bila banyak cibiran yang saya lihat,dengar dan alami sendiri,lho anda kan kerja di ... tho ? kan gajinya banyak,Itulah,image kalau sudah tertanam dihati masyarakat, masyarakat mungkin lupa bahwa sekarang ini,kami tidak lagi seperti dulu,dulu mungkin kami yang terdepan,tapi,sekarang sudah tidak lagi.Ada kayaknya beberapa instansi yang hampir,atau setidak-tidaknya sama,kalau tidak salah.Tapi,yang jelas, karena kami tidak lagi monopoli seperti dahulu lagi.Saya yang mendengar cibiran itu hanya tersenyum kecut saja,belum tahu dia/ia kalau hutangku banyak.Memang harus diakui,untuk ukuran pangkat seperti saya,sudah lumayan besar,hingga dipercaya oleh beberapa bank untuk memiliki kk pada waktu itu,hingga sampai sekarang,dan sekarang ini menjadi masalah karena belum bisa membayar.Inilah yang tidak diketahui okeh masyarakat,tahunya gaji besar,padahal dibalik gaji yang besar tsb hutangnya juga banyak.Sawang-sinawang, istilah Jawanya,itulah,jawaban yang sering saya berikan kepasa mereka yang sering bertanya kepada saya.Gaji besar,tapi harus bantu adik,kakak dsb,karena kondisi dan berangkat dari latar belakang keluarga yang kurang mampu itulah,apakah kita akan tega,setelah berpenghasilan lumayan besar, lalu meninggalkan mereka ? misal,Ibu kandung sendiri,tentu tidak mungkin.Beda walau gaji tidak besar,tapi hanya untuk sendiri,tidak ada yang harus dibantu,bisa terkumpul,idealnya lagi,gaji besar untuk sendiri,ini yang mendekati hampir sempurna.
Oleh karenanya,saya berseru kepada dirutku,lihatlah,.....lihatlah,.....,dengarlah,.....dengarlah,wahai dirutku....kami ini sangat menjerit sekali, harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan,apa harus mengajukan pengunduran diri alias aps,dengan pesangon yang sedikit ? Apa ini yang menjadi niat jahatmu,dengan tujuan efisiensi,agar pesangon yang kamu berikan sedikit,sehingga kamu dapat predikat the best edisiensi
Dengarlah,.....dengarlah,....dengan telinga yang tajam.Bila perlu,setajam harimau yang siap menerkam mangsanya.Bukalah,....bukalah,....dengan hati yang sungguh-sungguh.Bahwa,sekali lagi masih ada segelintir karyawanmu yang harus kau tolong,mereka menderita dan terpuruk.Perabotan rumah tangga sudah habis semua,satu persatu terpaksa dijual demi untuk makan dan keperluan sehari-hari.Tidak percaya ? silahkan bekunjung ke rumah kami,dan maafkan kami,bila terpaksa menerima anda duduk di kursi bambu,karena hanya itu yang kami punya.Sudah lama,beberapa bulan,hampir genap satu tahun,ruang tamu kami kosong,tidak ada perabotan meja kursi untuk menerima tamu.Sehingga,karena malu,terpaksa kami menutub pintu ruang tamu tsb,baik pagi siang dan malam,hanya korden saja yang terbuka diwaktu pagi dan siang,untuk menandakan bahwa rumah tsb ada penghuninya,bila ada tamu terpaksa kami alihkan lewat pintu samping kanan,karena lewat pintu tsb kami punya ruangan dengan meja kursi dari bambu.Televisi,terpaksa kami gadaikan,untuk keperluan serupa.Bisa dibayangkan betapa sepinya sebuah rumah tanpa ada televisi,terpaksa juga saya tidak bisa menyaksikan acara kesukaan saya JLC dari TV ONE,dan acara-acara lain yang ada di Metro TV,terutama berita-berita setiap harinya.Hanya ada satu radio di kamarku,radio yang sudah rusak,tapi masih lumayan untuk menemani tidurku.Radioku itu,harus kugeser ke kanan,kiri,depan,samping kanan,kiri,untuk menemukan gelombang RRI pro 3,bahkan ketika kuputar-putar,radioku tsb kadang semplak,terbelah dua,karena moornya sebagian kendor dan hilang.Sebenarnya,saya juga punya radio bagus,philip merknya, compo,double tape dan radio,cd,dvd,ada remotenya,tapi terpaksa,lagi-lagi masuk gadaian juga akhirnya.Dikamarku,almaripun sudah terjual,jadi,pakainku hanya kugantungkan saja di paku yang kutancapkan di dinding tembok.Jadi,dikamarku hanya ada satu tempat tidur berukuran satu orang yaitu saya sendiri,dengan dua bantal yang sudah usang dan satu meja.Diatas meja,radio itu terletak,sambil mendengarkan acara merah putih dari PRO 3 RRI,sayapun terlelap tidur.Begitulah keadaan perabotan rumah kami,sehingga orang yang biasa membeli perabotan kami tsb,Bu pardi namanya,ketika kami panggil untuk membeli yang lainya,dia sudah tidak sanggup,alasannya karena tidak tega melihat keadaan kami,karena sudah ludes terjual.Sesekali,tempat tidurku itu dibajak oleh suami adiku yang datang ketika anaknya saya sms," ar,tolong sampaikan ke mama kamu,oma sakit,obat gejala jantungnya habis,cepat.Mengetahuiui kamarku dibajak,terpaksa saya tidur diatas karpet,saya memaklumi suami adikku capek,setelah mengantar istrinya,sementara keesokkan paginya,kira-kira jam 5, harus buru-buru kembali lagi,karena tanggung jawabnya di perusahaan tempatnya bekerja.Begitulah wahai dirutku,juga teman kompasiner yang budiman,kisahku,keadaanku yang sesungguhnya,Masihkah kau ragu dan bimbang,untuk memutuskan membantuku,wahai dirutku ? wajarkan? sebagai karyawan di Perusahaan yang kau pimpin,kami yang lemah ini memohon bantuan ? bantulah kami,do something,selagi masih menjadi dirut, dan bila terealisasi akan kucatat dengan tinta emas dalam sejarah hidupku.
Dan juga,apa kamu tidak malu,kau kucurkan dana untuk mitra binaan,sementara karyawan seperti saya,kesusahan,tidak kau kucuri dana.Sehingga bisa bangkit dan normal sepeti karyawan lainnya,yang sudah normal.Raihlah predikat the best bijaksana dimata kami.Sehingga lebih peduli dengan nasib kami,yang walau hanya segelintir ini.Karena,kami masih aktif.Sehingga,kami merasa tenang ketika bekerja.Kalau memang tidak mampuuuuuuu ya sudah,segera saja adakan program pendi ,ini masih jauh lebih baik dari pada diaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaam saja,goyang di kursi empuk sebagai dirut,sementara ada segelintir karyawanmu stres berat.Atau kamu terlalu exklusif, pilih-pilih dan gengsi untuk bicara dengan kami yang dibawah.Kamu hanya mau bicara,saat wawancara di TV ketika meraih predikat the best ini dan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H