Menyapa
Taukah kamu tentang perasaan? Aku rasa semua manusia di dunia tahu. Entah bagaimana cara mendeskripsikaannya. Cara untuk mengungkapkannya dan cara untuk melupakannya. Terlalu mendramatisir drama dalam cerita aku ini. Maklum sedari kecil udah didengarkan lagu lagu galau, akhirnya ketika besar seperti ini. Sepertinya aku terlalu lebay untuk menjiwai dan berlebihan. Akan ku kurangi hal tersebut. Maaf. Sebentar, ini jadi cerita apa nggak sih? Kok tadi muter-muter pembicaraanya? Ah gak seru, tulisan ini terlalu monoton. Sepertinya pembaca kesal melihat cara menulisku yang seperti ini. Tadi sengaja ku buat memutar dan berbelit supaya lama aja sama kamu. Jadinya gak perlu bahas bab ini. Hehe. Maap yak rasa rindu ini tak dapat tertahankan. Yang ku ingat cuma senyum manismu di penghujung waktu,setelah itu tidak ada lagi seperti dirimu. Menyesal dah aku hohoh.Â
Waktu kian cepat ketika temaram sudah datang dan gelap menghiasi langit yang kamu impikan. Entah mengapa aku suka langit yang dihiasi gemerlap bintang. Setelah menimbang dengan cukup lama akhirnya aku suka. Judulnya apa, isinya apa. Ya begitulah ketidakjelasan hatiku kepadamu saat ini. Sungguh aku menahan semua rindu itu, tapi aku tak bisa menemuimu sekarang. Pantaskan sikap dan perilakuku untuk menyambut tuan putri yang diimpikan. Kau terlalu hebat dan aku hanya bisa sambat, aku hanya punya segilintir orang yang aku percaya dan kau salah satunya.
Dikala Menyapa sedang dihiraukan kini aku keras kepala untuk berlari dan mencari. Sampai kapan kau bisa bertahan dan menyimpann jejak itu, dan sampai kapan aku bisa pergi melupakan semua peristiwa ini. Satu dan hal lain memori kecil yang tak pernah diunggah akan terekam dibenakku. Dinatara kertas foto yang telah tercetak akan ada kisah dibalik layer itu. Menemui, berjumpa dan meninggalkan begitu saja. Terkadang terserah, terkadang juga menyerah. Lantas siapa yang salah? Semua hanya bisa pasrah. Cukupkah untukku berbicara denganmu? Dengan segala usaha untuk membuatmu tertawa dan menangis secara sengaja. Aku tak sanggup dan kau mengangguk, paham akan sebuah keadaan diriku yang stuck karena tak lagi bisa mencairkan suasana. Tapi tak apa, akupun mengasingkan diri untuk menyiapkan semua ini. Kamu kira aku lupa begitu saja. Tahunan kita membangun hal itu dan tak ada yang bisa menembus hatiku kecuali dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H