Huh sejak aku mendiamkan diriku sendiri tak terasa banyak hal yang mendatangiku. Kebanyakan adalah masalah seperti biasa tapi itu wajib diselesaikan karena menjadi tanggung jawab sebagai manusia. Dari sana tampak raut wajah bahagia dirimu dan duniamu tanpa ada aku yang menganggu. Yahh itulah yang aku mau.Â
Sepertinya aku hanya menghambat kinerjamu dalam bekerja atau berambisi. Epilog kali ini takkan sepanjang seperti kalimatmu. Aku tetap belajar dan berjalan walau langkah yang ku usung semakin rapuh, tapi percayalah kau akan tetap menjadi seorang pemberani dan kuat di mata keluarga dan hati disini.Â
Takkan usai doa untuk pulang dan kembali berangkat mencari keberkahan. Begitulah seharusnya. Tak perlu menyayangkan apalagi peduli, justru aku harus pergi. Tanpamu juga aku sudah bisa beranjak dari rasa perhatianku yang tak kunjung sembuh kala itu.Â
Temaram akan tenggelam dan impianmu masih panjang. Tenang ini bukan perpisahan, aku menulis karena aku tahu aku dan dirimu tak bisa terlepaskan. Aku sepertinya akan diam dan berlayar. Dimensi waktuku terlalu kecil untukmu yang sudah semakin besar. Tak ada lagi tangisan dan haru yang ada hanyalah semangat dan bara api ambisi untuk dirimu sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H