Film "Yuni" yang disutradarai oleh Kamila Andini sukses menyabet banyak penghargaan di antaranya Toronto International Film Festival dan masuk nominasi Oscar 2020 dimana mendapat 14 nominasi Piala Citra termasuk Best Picture. Arawinda Kirana yang berperan sebagai Yuni juga meraih penghargaan di Asian World Film Festival 2021 di Los Angeles. Film "Yuni" tayang di Indonesia pada Kamis, 9 Desember 2022.
Film berdurasi 120 menit ini menarik banyak perhatian. Film ini bercerita tentang Yuni (Arawinda Kirana) yang memiliki mimpi besar setelah lulus SMA. Yuni adalah siswa SMA yang cerdas di sekolahnya. Yuni memiliki mimpi besar untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan dukungan dari guru sekolahnya, dia senang menerima beasiswa ke universitas. Tiba-tiba, Yunia dilamar oleh dua orang yang tidak pernah dikenalnya.
Seakan pernikahan dini adalah hal biasa di lingkungannya, orang-orang di sekitarnya tidak ragu untuk mendorong Yuni untuk menerima lamarannya. Dikatakan bahwa ketika seorang perempuan menolak lamaran pernikahan, menjadi sulit baginya untuk menemukan pasangan. Banyak orang yang masih percaya bahwa perempuan tidak perlu kuliah karena pada akhirnya menikah dan mengurus rumah. Mereka selalu harus menerima tanpa bisa memperjuangkan impian dan cita-citanya.
Karena Yuni tidak mau tunduk pada situasi lingkungan yang mendiskriminasi perempuan, karakternya menunjukkan keberanian untuk mendobrak aturan patriarki. Ia bahkan berani menolak tawaran itu hingga dua kali. Bahkan, di rumah dan di sekolah, Yuni sering digosipkan bahwa perempuan yang dua kali menolak lamaran menjadi "perawan tua". Akhirnya Yuni berani menunjukkan "nilai" perempuan di luar tubuhnya. Di banyak daerah di Indonesia, banyak masyarakat yang masih memiliki budaya bahwa menikah adalah solusi dari perjalanan hidup.
Dalam film ini, Yuni bertemu dengan beberapa tokoh yang merasakan belenggu patriarki seperti Suci yang diperankan oleh Asmara Abigail dan Sarah yang diperankan oleh Neneng Wulandari. Film Yuni tidak hanya mengkritisi sistem patriarki, tetapi juga meluruskan kesalahpahaman tentang gender yang seharusnya disampaikan dalam pendidikan seks. Selain ceritanya yang sudah tidak diragukan lagi, film ini memberikan kesan hidup karena film ini menyajikan keseharian masyarakat Indonesia secara langsung, dan dapat dirasakan bahwa masyarakat di film ini nyata terjadi di beberapa tempat di Indonesia.
Dalam beberapa adegan, Yuni merumuskan masalah menghadirkan penggambaran patriarki dalam film "Yuni". Menerima kekerasan non-verbal dari lingkungan keluarga dan patriarkal. Tidak hanya Yuni tetapi juga beberapa temannya seperti Suci Imut, Sarah dan Tika.
Bentuk patriarki yang mereka alami tidak jauh dari kenyataan bahwa perempuan tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi - mereka harus fokus memasak, mengurus rumah dan tempat tidur, jika mendapat permintaan dari laki-laki, mereka harus menerimanya. Mereka mengatakan bahwa istri takut balas dendam dan tidak punya waktu untuk melawan, dan jika ada masalah di rumah, istri harus bersabar dan menerima jika dia tidak setuju dengan suaminya. Secara umum bentuk-bentuk patriarki yang hadir dalam 8 materi scene mengandung tanda-tanda patriarki yang dianalisis.
Saya memilih film Yuni karena Kamila Andini mengangkat isu perempuan dalam film tersebut, khususnya budaya patriarki. Menariknya, bahasa Jawa, Sunda, dan Saranga dihadirkan ke publik dalam film ini. Film tersebut membawa angin segar bagi perfilman Indonesia. Sebagai wadah pembelajaran bahasa daerah. Mereka juga menggunakan simbol yang berbeda, seperti warna ungu yang melambangkan identitas perjuangan perempuan, sebuah puisi karya Sapardi Djoko Damon yang memiliki makna penting.
Terlepas dari ceritanya yang baik dalam menyampaikan patriarki perempuan. Menariknya! Sinematografi yang disajikan dapat memanjakan mata melalui visual warna, beberapa adegan yang sering ditonjolkan pastinya warna ungu. Dengan adanya warna ungu yang sering di tonjolkan justru dapat menyeimbangkan adegan dengan alur cerita agar penonton juga terbiasa dengan warna ungu yang ditampilkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H