Pagi ini selepas nganter anak sekolah, saya sengaja mampir ke Indomaret dekat rumah, maksud hati sih mau beli beberapa kebutuhan yang memang sudah menipis dan bahkan abis stoknya. Begitu masuk, sapaan khas dari mbak penjaga Indomaret terdengar khas “selamat datang di Indomaret, silahkan belanja” … ya lah mbak saya memang belanja, masak ke Indomaret cuma buat ketemu dan ngeliatin si mbak hehehe. Btw mungkin karena memang mbak-nya cakep, para pembeli jadi agak galau ketika akan membayar, para pembeli adam ini sibuk sisiran sebelum menuju ke meja kasir, dan begitu mbayar ada saja yang dilakukan, dari yang terang2an nanya nomer telpon atau akun fesbuk sampe hal ndak penting seperti tanya “bajunya baru ya mbak ?”, hellooowwww … ini Indomaret gitu lho, tiap hari mereka juga selalu pake tuh baju kalau lagi kerja. Walhasil antrian jadi panjang. Terlihat antrian di kasir ada 3 orang, untuk ukuran convenience store seperti Indomaret, antrian 3 orang sudah termasuk panjang lho, dan antrian inilah yang akan menjadi dasar dari posting ini.
Sayapun segera menuju ke etalase paling belakang Indomaret dimana barang yang akan saya beli ditata. Ketika melewati lorong-lorong dagang itu, saya melihat seorang ibu dan anaknya yang mungkin seumuran dengan Asty (kelas 1 SD) sedang mencari susu kotak cair untuk sang anak. Nampaknya mereka seperti berdebat tentang jenis susu yang akan mereka beli. Ah, jadi inget si Asty, dari kecilpun sudah hoby belanja hehehe. Selesai mengambil belanjaan saya, saya segera menuju ke kasir dan menyiapkan ekpresi terbaik saya untuk berjumpa dengan mbak kasir yang kata teman mirip dengan Julie Estelle. Daaannnn, antrian ternyata malah bertambah jadi 4 orang di depan saya. wah bakal lama ini … pikir saya, ah ndak apa-apa, jadi kesempatan lebih lama buar merhatiin apa benar nih mbak mirip sama Julie Estelle
Si ibu yang tadi membeli susu sepertinya sudah selesai belanja, mereka juga berjalan ke meja kasir. Tapi si ibu ndak mengantri di belakang saya, alih-alih dia malah mendekat ke meja kasir dari sisi samping. “Wah ini pasti mau nyerobot antrian, kan si ibu ndak ngefans sama Julie Estelle” pikir saya. Dan benar, si ibu nampak mulai mencuri-curi kesempatan untuk menaruh barang belanjaannya ke meja kasir, tapi para pengantri lainnya nampak ndak berkenan memberi kesempatan kepada si ibu. Ketika hanya tinggal satu orang di depan saya, si ibu kembali coba menaruh barang belanjaan di meja kasir. Sayapun agak mundur, agar si ibu bisa menaruh belanjaan tersebut, tapi saya juga berkata lirih (ndak berbisik dengan merdu di telinga si ibu lho ya ?) “Bu, maaf ini antrian lho … “. Mendengar kata-kata saya, si ibu langsung menatap saya sinis, sambil membalas “eh anak-anak SMA zaman sekarang ya, ndak ada hormat-hormatnya sama orang tua” (some part of her reply was edited, karena terlalu kasar) … saya hanya membalas dengan senyuman.
Sebenarnya bukan saya ndak hormat sama beliau, toh saat yang lain ndak memberi kesempatan kepada sang ibu untuk nyerobot antrian, saya justru memberi ruang pada beliau. Tapi yang saya ingin garis bawahi adalah si ibu ini membawa anak-nya, dan anaknya merekam secara langsung bagaimana perilaku yang diaplikasikan oleh sang ibu. Secara tidak langsung, sang ibu mengajarkan kepada anaknya budaya nyerobot. Dan hal inilah yang kemudian menjadi dasar dari sebagian warga kita untuk membenci mengantri, menghalalkan menyerobot dan pada skala yang lebih besar membenarkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu secara cepat … dan berujung pada muncul-nya oknum-oknum yang mengambil kesempatan ini untuk mendapatkan keuntungan (baca korupsi).
Saya juga sering kok terburu-buru, dan terpaksa harus memotong antrian, tapi hal ini saya lakukan dengan elegan. Saya berbicara kepada antrian di depan saya, menjelaskan kondisi saya, dan meminta izin mereka untuk memberikan antriannya kepada saya. Kalau diperkenankan saya akan maju, kalau tidak ya saya tetap di antrian saya. Dan mungkin karena wajah saya yang menggemaskan, saya sering diberi izin untuk memotong antrian tersebut. Dan saya yakin kok, kalai ibu tadi melakukan yang sama kepada para pengantri-pengantri sebelumnya mereka juga akan rela berbagi antrian … toh ada upside tersendiri bagi para adam pengantri tadi … ya melihat Julie Estelle yang sedang jadi kasir
Btw, si ibu ada benarnya juga lho …. saya dibilang masih SMA hahahaha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H