C2, sebuah nama bukit yang berada di Desa C2 kecamatan Lubuk Besar dari Kabupaten Bangka Tengah. Walau namanya yang memang agak aneh bagi sebuah bukit, tapi di bukit itu ternyata banyak menyajikan panorama alam yang begitu indah. Mengapa saya berpendapat begitu? Iyalah, kan saya bersama teman-teman saya sudah pernah menaklukkan puncaknya, hehehe.[img]https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/03/1604816-202109343318009-1447107702-n-55e86bd6907e612f05fa394f.jpg?v=400&t=o[/img]Sayangnya, Bukit C2 ini namanya belum tenar di Nusantara seperti Bukit Barisan di Bengkulu, Bukit Pasai di Aceh, Bukit Sumedang di Jawa Barat, dan masih banyak lagi. Dengan ketinggian yang mencapai 700 meter dpl, dari atas itu kita bisa melihat desa-desa lain yang ada dibawah bukit. Yah walaupun hanya beberapa yang kelihatan sebab memang masih banyak pohon-pohon yang sangat tinggi menghalangi pandangan.[img]https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/03/1507905-202112503317693-622813573-n-55e869e66d7e61c00a1f3b8f.jpg?v=400&t=o[/img]Untuk akses transportasi, menurut saya tidaklah sulit, karena jalan yang dilalui cukup lebar hanya saja belum diaspal seperti jalan raya gitu Melewati beberapa perkebunan warga sekitar seperti perkebunan sawit dan karet. Maklum, ditempat saya kegiatan proses pembangunan masih difokuskan di ibukota kabupaten, yakni Koba dan daerah yang dekat disekitarnya. Jadi untuk daerah desa dan dipinggiran lainnya belum menjadi prioritas pembangunan pemerintah.[img]https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/03/1529540-194003540795256-679816881-o-55e86ce0a2afbd84048b4568.jpg?v=400&t=o[/img] Itu sih baru pemulaannya aja, saat mulai memasuki kawasan bukit, disini mental dan fisik kita diuji. Jalan yang licin, kecil, berliku, dan bergelombang mulai menyambut. Tapi tak lama, cukup membutuhkan waktu 5 menit untuk menghadapinya.[img]https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/03/1514491-194003204128623-167639391-o-55e86d7cc222bd60055db799.jpg?v=400&t=o[/img]Ketika rintangan tersebut berhasil dilewati, sampailah kami di tempat lahan yang agak luas, dengan sebuah bangunan tua yang penuh dengan coretan spray pilok berwarna dan suara arus air yang cukup deras dari arah atas. Dengan semangat dan penuh rasa penasaran kami mendaki jalan setapak menuju keatas dengan berpatokan kepada sebuah pipa besi yang besar dan panjang. Hingga akhirnya kami mendapati sebuah air terjun dengan kolam yang ukurannya yang cukup besar dibawah menampung air yang jatuh dari atas. Niat untuk mandi pun sudah muncul, maklum anak pantai, air adalah teman sejati,hehe. Tapi niat itu kami urung untuk beberapa waktu karena niat kami pada awalnya memang ingin menaklukkan puncaknya.[img]https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/03/1551509-202117996650477-1085247927-n-55e86e4dc3afbd7411281cd9.jpg?v=400&t=o[/img]Berhubung kami tidak tahu lagi jalan menuju keatas, akhirnya kami berinisiatif untuk mendaki mengikuti aliran air yang mengalir dari atas. Kembali ujian mental dan fisik kami hadapi, walau begitu kami menikmatinya karena memang benar istilah selama ini, [i]life is adventure,[/i] hidup itu memang pertualangan! Merugilah mereka yang tidak pernah mengalami petualangan dalam masa hidupnya, apalagi waktu masa muda, masa yang berapi-api, seperti kata Bang Rhoma Irama, hehehe.Bisa dibayangkan, melewati bebatuan yang licin tanpa alat pengaman apapun sampai menuju puncaknya, tapi walau begitu, aliran air yang kami ikuti semakin kecil dan arahnya entah kemana, akhirnya kami memutuskan untuk membuat jalan sendiri, bermodalkan insting alam dan kata hati yang terdalam, kami menorobos hutan belantara.[img]https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/03/1012051-202111449984465-1298798640-n-55e86f0cc222bd7b055db798.jpg?v=400&t=o[/img]Saat melakukan perobosan hutan, kami pun tak sengaja melihat beberapa potongan kayu yang berserakan di tanah maupu air, ada yang dikumpulkan menjadi satu, ada yang dibiarkan begitu saja, dan ada yang sebagian dibuat menjadi sebuah jembatan kecil, kami pikir itu cara untuk mempermudah akses pengangkutan kayu entah itu menggunakan transportasi apa kami tak tahu. Mungkin jika dilihat dari segi hukum, hal itu termasuk kegiatan penebangan hutan secara ilegal oleh masyarakat sekitar, tapi jika kita menilik kehidupan masyarakat sekitar, mereka hidup masih begitu sederhana, rumah saja berdindingkan papan, bisa jadi kayu tersebut digunakan untuk itu, atau hal lain? Entahlah, hanya pelaku dan Tuhanlah yang tahu tentang hal itu. Jika saja hal ini terus dilakukan, dikhawatirkan bisa saja terjadi longsor yang tak terduga, manalagi lereng perbukitan yang sangat curam. Harapan saya sederhana saja, masyarakat dapat menggunakan sumber daya alam harus sebagaimana mestinya, jangan sampai berlebihan, bukankah Allah itu menjadikan manusia untuk menjadi [i]khalifah [/i]di bumi, bukan menjadikan manusia untuk merusak alam di bumi, dan juga seharusnya pemerintah tidak harus benar-benar fokus melakukan kegiatan di pusat, tapi juga harus perduli di daerah lain, apalagi pinggiran, sebab seandainya jika mereka nantinya merasa tidak diperdulikan bisa jadi mereka juga nanti menolak berbagai kebijakan pemerintah karena apapun kebijakan itu mereka berpikir mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Itu bisa jadi kemungkinan kecil, kalau kemungkinan ekstrim, seperti melepaskan diri dari pemerintah dan membangun pemerintahan sendiri, waduh tidak bisa dibayangkan nantinya seperti apa, tapi itu kan hanya sebuah pengandaian, bukan sebuah harapan, jangan di amin loh.[img]https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/03/1538698-202110009984609-1703640513-n-55e86fa7f59273c90a449b4e.jpg?v=400&t=o[/img] [i]Next[/i], kami melanjutkan perjalanan, dan akhirnya sampai dipuncak. Sayang kami tak bisa berlama-lama, berhubung waktu hampir gelap, jadi kami langsung turun setelah istirahat sebentar di puncak, karena kamimemang tidak ada rencana untuk bermalam disitu. Tak lupa pula rencana kami yang diawal tadi, mampir sebentar untuk menikmati kesegaran air terjun C2 ini.[img]https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/03/1555531-202117583317185-2135470138-n-55e8711c167b6143116c0154.jpg?v=400&t=o[/img]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H