Sejujurnya, saya mengetahui “Kompasiana” sewaktu saya masih duduk di bangku SMP. Kala itu saya ingat, saya sedang iseng membaca beberapa artikel di dunia maya untuk menghilangkan rasa jenuh saya. Kebetulan ternyata ada sebuah tulisan dengan judul yang menarik bagi saya, segera saya klik link itu untuk segera mengetahuinya, dan akhirnya saya dibawa ke halaman itu, tetapi saya heran untuk pertama kalinya, kok tampilannya berbeda dari yang beberapa artikel yang saya baca, apalagi ada tulisan “Kompasiana”nya, jadi karena saya penasaran dengan yang namanya “Kompasiana”, saya klik itu tanpa membaca artikel yang ingin saya baca tadi, lalu dibawalah saya menuju berandanya “Kompasiana”.
Sekilas saat saya lihat, berbagai macam tulisan ada disitu yang bagi saya sendiri tidak menarik untuk saya baca. Seketika saya menyimpulkan, “Kompasiana” ini mungkin saja sebuah forum diskusi yang isinya hanya sebuah opini bagi para member di “Kompasiana” ini. Tanpa mikir lama-lama, saya pun kembali ke menu kolom pencarian “Google” dan menelusuri artikel yang lain.
Seiring waktu berjalan, tak terasa saya sekarang sudah berada di bangku kuliah. Di pertemuan pertama mata kuliah “Jurnalistik”, kami mendapat arahan dari dosen kami untuk membuat akun di “Kompasiana”. Saya sendiri gak menyangka, dulunya saya acuh tak acuh terhadap “Kompasiana”, kini saya harus bergabung menjadi “Kompasianer” di “Kompasiana”.
Tapi saya berpikir, tak apalah, toh saya nanti bisa mengetahui, apa sih sebenarnya “Kompasiana” itu, sehingga bisa-bisanya dosen kami menyuruh kami untuk bergabung dan mem-publish tugas kami disitu.
Saat jam kuliah selesai, saya pun bergegas pergi ke masjid untuk beribadah lalu memanfaatkan ketersediaan WiFi disitu untuk mengakses internet. Saya langsung membuat akun “Kompasiana”. Tak butuh waktu lebih dari lima menit, akun saya pun jadi, disini saya hanya perlu membuat untuk akun kompasiana saja, karena dulu saya sudah pernah membuat akun Kompas, jadi gak ribet, hehehe. Dan dari sinilah saya tahu, apa dan bagaimana “Kompasiana” itu yang seseungguhnya.
Tanpa menunggu waktu lama, keesokan harinya saya pun menerbitkan artikel tulisan perdana saya yang berisikan sebuah perjalanan dan pengalaman saya. Bagai tertimpa durian runtuh, tulisan artikel perdana saya langsung mendapat label “Highlight” dari admin. Sontak saya gembira kegirangan seperti orang yang sedang kerasukan, karena mengapa, yah saya sendiri tanpa pengalaman, hobi, atau apalah dalam hal menulis, tulisan saya bisa langsung mendapat label “Highlight”. Bukan tanpa alasan saya sangat gembira karena mendapat “Highlight” itu, karena dosen kami menerangkan, tugas kami dalam menerbitkan artikel ini harus mencapai 400 poin, yang dimana untuk tulisan biasa mendapat skor (10>50 poin), tulisan “Highlight” mendapat skor (50>100 poin), dan yang tulisannya “Headline” mendapat skor 100. Jadi kebayangkan, kalo tulisannya “Headline” semua, Cuma harus mem-publish empat artikel aja, padahal deadline waktu yang dosen berikan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini adalah sehari sebelum UAS, UAS sendiri dimulai diperkirakan pada 4 Januari 2016.
Setelah artikel perdana saya yang mendapat respon positif, saya pun rasanya menjadi ketagihan untuk menulis sesuatu, dan saya juga merasa optimis untuk menyelesaikan tugas ini secara singkat sebelum waktu deadline yang telah ditentukan.
Dan sekarang, karena “Kompasiana”lah saya mendapat pengalaman baru, pengalaman dimana saya bisa menulis sebuah karya tulisan yang dibaca oleh banyak orang.
Karena “Kompasiana”lah saya mendapat hobi baru, yakni menulis. Entah itu menulis apa, tapi intinya tangan ini rasanya ingin menulis segala yang ada dikepala ini.
Karena “Kompasiana” saya mendapat target baru, yaitu ingin memperkenalkan kampung halaman saya di luar daerah melalui karya tulis.
Karena “Kompasiana” saya banyak mendapat teman baru, baik itu didunia maya atau nyata