Mohon tunggu...
Ahmad Danu Prasetiya
Ahmad Danu Prasetiya Mohon Tunggu... Pelajar/Mahasiswa -

Biasa lebih dikenal dengan nama Mamas Danu/Danu saja. Lahir di Koba, tepatnya Provinsi Kep. Bangka Belitung. Mahasiswa baru di U.I.N Sunan Kalijaga Yogyakarta AK.2015/2016.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Eksistensi Permainan Lama dan Baru

21 September 2015   07:21 Diperbarui: 21 September 2015   08:37 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Tahukah kalian bahwa permainan tradisional di Nusantara ini mencapai ratusan? Mulai dari petak umpet, gasing, bilun, enggrang, biji saga, kelereng, congklak, ular naga, lompat tali, bekel, dan masih banyak lagi.

Survei membuktikan bahwa permainan anak tradisional mempunyai kekayaan intelektual yang tidak dimiliki oleh permainan modern, karena ini bisa menjadi modal untuk proses pengembangan budi pekerti bagi anak-anak. Dengan permainan ini anak-anak dapat melatih kreatifitas mereka, bersosialisasi dengan teman sebaya, melatih mental dan fisik, sehingga membuat anak bisa menjadi sangat aktif.

Sayangnya semua seakan telah sirna bak harta Qarun yang telah ditelan oleh bumi. Sangat susah sekali menemukan anak-anak bermain permainan tradisional seperti yang telah dijabarkan tadi, khususnya anak-anak di daerah perkotaan, mungkin jika ke pedesaan juga hanya beberapa anak saja yang masih bermain permainan tradisional ini.

Dan mengapa hal yang menyangkut kebudayaan dan jati diri bangsa ini hampir mengalami kepunahan? Globalisasi dan modernisasi lah penyebabnya. Walaupun dua hal itu sebagai penyebabnya, tak serta merta kita harus menyalahkan keduanya sebagai ancaman bagi suatu bangsa karena bisa menghilangkan kebudayaan dan jati diri suatu bangsa. Mari kita intropeksi diri, setiap negara di dunia ini tak bisa mengelak dari arus globalisasi dan modernisasi yang notabennya memang kebanyakan dari Barat. Mungkin saja tidak adanya faktor dukungan dari dalam bangsa sendiri. Tak ada masyrakat yang berusaha untuk menjaga dan melestarikan permainan tradisional, mungkin saja mereka terlena terhadap rayuan serba mudah instan didalam permainan modern ini, tidak adanya campur tangan pemerintah dalam melestarikan permainan tradisional ini, mereka seakan tutup mata dan telinga, tak perduli apa yang terjadi, sibuk dengan urusan untuk menjadi orang yang paling dihormati di negeri ini, atau anggapan para orangtua anak bahwa permainan tradisional dulu tak praktis seperti permainan modern sekarang, sehingga tidak mengajarkan dan memberitahu bagaimana permainan tradisional itu.

Permainan tradisional sekarang seakan dijajah oleh permainan modern. Apalah daya permainan tradisional jika dibandingkan dengan permainan modern sekarang yang bisa menciptakan suasana seakan kita sebagai pemain merasakan apa yang sedang terjadi di dalam permainan itu sendiri, contohnya salah satunya adalah  permainan FPS (First Person Shooter) seperti CSO, Warrock, Point Blank, dan masih banyak lagi. Selain itu juga sering kali kita jumpai banyak event yang diselenggarakan oleh beberapa pihak game ternama seperti contoh Megaxus atau Gemscool, yang juga menawarkan hadiah menarik sehingga banyak anak-anak lebih berpihak ke permainan modern daripada permainan tradisional. Beginilah zaman sekarang, banyak pihak yang lebih memilih menjadi develop permainan modern daripada memilih menjadi pembudaya permainan tradisional.

Walaupun demikian, dibalik sisi negatif permainan modern seperti membuat seorang anak yang ketagihan bermain hingga merusak penglihatan karena berlama-lama berada di depan layar monitor, toh ada juga sisi positifnya, seperti jika mereka yang ikut dalam event tersebut apalagi dalam tingkat Internasional dan juara, mereka bisa membawa nama baik negara Indonesia dan mencari rezeki tambahan dengan menyalurkan bakat mereka didalam permainan modern tersebut.

Semua sekarang kembali kepada kita,bagaimana kita bisa menerapkan konsep integrasi dan interkoneksi terhadap arus globalisasi dan modernisasi yang datang silih berganti, baik dalam hal budaya, teknologi, dan lainnya. Walaupun hal yang baru itu menarik bukan berarti kita harus melupakan hal yang lama. Semoga dari tulisan ini kita bisa mulai beraksi dan juga bergerak dalam rangka membudidayakan permainan tradisional yang diimbangi dengan permainan modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun