Kalau kita kembali flashback saat lebaran kemarin sedikit dari kita pasti menyadari sedang menerima uang baru yang masih mulus dengan bau khas nya. Masyarakat awam umumnya (mungkin juga sebagian dari kita) sudah terbiasa dengan tren uang baru ini tapi tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Sepanjang bulan puasa hingga hari raya, pemerintah melalui Bank Indonesia, menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan akan uang cash dan tingginya tingkat konsumsi masyarakat di sepanjang hari raya bahkan saat bulan ramadhan. Berdasarkan data yang dirilis, menjelang hari raya ini, Bank Indonesia telah mencetak uang baru hingga mencapai 6-7 triliun Rupiah. Jumlah uang yang beredar di masyarakat ini disebut money supply.Â
Money Supply adalah jumlah uang beredar pada perekonomian dan tersedia untuk ditransaksikan. Jumlah persediaan uang ini dibedakan menjadi beberapa kategori yang dibagi menurut likuiditasnya, yaitu:
M0Â : Uang primer (koin dan kertas).
M1Â :Â M0 + giro dan Ketertiban Negotiable Penarikan (NOW) piutang.
M2 : M1 + jenis simpanan akun lainnya money market account, dan sertifikat deposit(SD) accounts di bawah AS$100,000.
Â
 Â
Uang kartal dan uang giral atau yang disebut  Narrow Money yang memiliki sifat dapat dipakai sebagai alat pembayaran sewaktu-waktu atau setiap saat bila diinginkan, tidak terikat waktu dalam pemakaiannya. M1 inilah yg disebut dengan uang beredar. Jumlah uang yang beredar umumnya memiliki hubungan yang positif terhadap perekonomian suatu negara, khususnya Indonesia. Berdasarkan teori Keynes tentang penawaran uang (money supply) menyatakan bahwa meningkatnya jumlah uang beredar memiliki pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi. Karena dengan meningkatnya jumlah uang beredar diharapkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat akan meningkat sehingga mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan mengambil kebijakan menurunkan tingkat suku bunga. Kondisi ini dapat mendorong para investor untuk berinvestasi di Indonesia sehingga pada akhirnya menciptakan kenaikan output dan memicu pertumbuhan ekonomi.
Jumlah uang beredar juga memiliki hubungan yang erat dengan tingkat suku bunga di suatu negara (Tunggu juga tulisan tentang naiknya tingkat suku bunga Amerika). Menurut teori Fisher bahwa kenaikan jumlah uang yang beredar akan menstimulus terjadinya inflasi, hal ini terjadi jika diasumsikan bahwa kecepatan jumlah uang yang beredar (velocity of money) dan volume produki perekonomian bersifat konstan. Dalam hal ini uang dapat digunakan untuk mengatasi masalah inflasi atau deflasi. Jika suatu negara berada dalam keadaan deflasi maka pemerintah sebaiknya menaikkan tingkat money supply begitu pula sebaliknya jika terjadi inflasi maka pemerintah sebaiknya menurunkan tingkat money supply-nya. Namun selain dari segi jumlah uang beredar, nilai harga barang juga dapat dinilai dari tingkat produksi dan konsumsi di masyarakat. Dengan produksi yang terus bertambah maka akan mempengaruhi tingkat pendapatan dan tidak menutup kemungkinan akan menciptakan kesempatan kerja yang berarti mengurangi pengangguran. Dengan berkurangnya tingkat pengangguran, hal ini menunjukkan bahwa perekonomian di suatu negara dapat dikatakan meningkat.
Â
Â