Mohon tunggu...
adam songs
adam songs Mohon Tunggu... -

Bernyanyi bersama memberi ilmu

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

[INSIGHT] APA JADINYA JIKA BATU AKIK TAK LAGI DIMINATI

10 Juni 2015   11:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   08:33 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pada tahun 2015 ini, keberadaan batu akik cukup menyita perhatian masyarakat ibukota. Berbagai kalangan masyarakat, dari tukang becak hingga pejabat tinggi mulai “hunting” berbagai jenis batu ini mulai dari yang termurah hingga yang termahal sekalipun. Beberapa jenis batu yang mengundang minat masyarakat antara lain Bacan, Giok Aceh, Solar Aceh, Red Rafflesia, Opal, Sungai Dareh, Panca Warna Garut, dan Akik Pacitan. Fenomena batu mania ini sebenarnya bukan merupakan hal baru, karena sebelumnya sudah ada fenomena tanaman gelombang cinta atau fenomena ikan lohan yang sempat menjerat banyak kalangan. Sedangkan di Belanda sejak 400 tahun lalu juga sempat terjadi fenomena tulip mania. Para pakar psikologi finansial menyatakan hal ini sebagai “irrational exuberance”.

Irrational exuberance adalah saat ribuan atau bahkan jutaan orang berbondong-bondong membeli sesuatu karena dorongan trend yang cenderung tidak rasional. Bagaimana pengaruhnya terhadap nilai batu akik? Pengaruhnya sangat jelas, dengan tingginya permintaan batu akik ini mengakibatkan harga jual batu akik naik hingga mencapai ratusan persen. Pelan-pelan, euforia masal itu biasanya menjadi bubble (gelembung) yang kemudian pecah.

Economic bubble merupakan suatu kondisi ekonomi dimana harga suatu barang berada jauh di atas nilai asli barang itu sendiri. Hal ini sudah terjadi pada bidang properti. Apakah anda pernah terpikirkan untuk membeli sebuah ruko di daerah Pantai Indah Kapuk senilai 12 Milyar? Saya rasa harga tersebut sudah tidak masuk akal. Hal demikian lah yang disebut dengan kondisi ekonomi bubble.

Ketika pasar mulai jenuh dengan kondisi tersebut maka biasanya harga barang tersebut akan terjun bebas ke titik terendah. Pihak yang paling diuntungkan dalam kasus ini adalah penjual yang berada di tangga awal dan menjual di puncak harga, sedangkan pembeli yang membeli di titk tertinggi menjadi pihak yang paling dirugikan.

Fenomena ini sangat sulit untuk diprediksi kapan akan muncul dan kapan akan mencapai titik jenuhnya. Bagi para pecinta batu akik tentunya economic bubble sangat tidak diharapkan, karena kerugian yang diderita akan sangat besar jika mereka membeli pada harga tinggi tapi suatu saat tiba-tiba jatuh ke titik terendah. Untuk menghindari kejadian ini tentunya masyarakat harus lebih rasional, sehingga tidak menyebabkan kenaikan harga secara ekstrem dan hal ini tidak hanya menjadi sekedar tren semata.

So? Para pecinta batu akik, hati-hatilah terhadap bubble harga yang bisa saja muncul di kemudian hari. 

Kalo memang tulisan in menarik, jangan sungkan untuk berbagi Kompasianers...!!

 

 

Cheers!! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun